SOLOPOS.COM - Basuki Tjahaja Purnama (kiri) mengenakan jaket merah disaksikan Djarot Saiful Hidayat (kanan) saat pendaftaran Cagub-Cawagub DKI Jakarta 2017 di Kantor KPUD DKI Jakarta, Jakarta, Rabu (21/9/2016).(JIBI/Solopos/Antara/Rosa Panggabean)

Pilkada Jakarta makin dinamis. Setelah sempat terpuruk, elektabilitas Ahok-Djarot mulai naik kembali atau rebound.

Solopos.com, JAKARTA — Hasil survei Poltracking Indonesia terkait Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017 menunjukan, bahwa elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot) mulai merangkak naik atau rebound.

Promosi Cerita Penjual Ayam Kampung di Pati Terbantu Kredit Cepat dari Agen BRILink

Berdasarkan survei Poltracking sebelumnya, elektabilitas Ahok sempat turun drastis pada November 2016 setelah munculnya kasus dugaan penistaan agama. Direktur Eksekutif Poltracking Hanta Yuda menjelaskan, pada November 2016 elektabilitas Ahok turun hampir 100% dibandingkan September 2016.

“Dampak elektoral kasus hukum Ahok mulai melemah alias tidak lagi berpengaruh signifikan terhadap elektabilitas,” kata Hanta di Hotel Orio, Jakarta, Kamis (19/1/2017).

Elektabilitas Ahok-Djarot berdasarkan survei Poltracking 9-13 Januari 2017 menunjukkan kenaikan dari 20,42% (November 2016) menjadi 28,63% atau naik 6,88%.

Menurut Hanta, hal itu terjadi karena para pemilih di DKI Jakarta sudah mulai berada pada titik jenuh terhadap kasus yang saat ini sudah dalam tahap pengadilan tersebut.

Masyarakat pun mulai kembali mempertimbangkan kinerja Ahok sebagai petahana DKI Jakarta yang memiliki tingkat kepuasan cukup baik. Selain itu, kata Hanta, Ahok sejauh ini telah berhasil mencitrakan dirinya tak lagi sebagai sosok yang tempramental. Hanta melihat Ahok tampil dengan gaya yang lebih santun di hadapan publik.

“Pemilih psikologis dia ambil. Sebelumnya kan dipersepsikan kasar, sekarang lebih tenang, santun,” kata Hanta. Pemilih psikologis menurut Hanta adalah pemilih yang menentukan pilihannya berdasarkan fisik dan sifat calon yang terlihat di publik.

Dia membagi alasan pemilih menjadi tiga bagian, pemilih rasional, psikologis, dan sosiologis. Pemilih rasional akan mempertimbangkan rekam jejak, kinerja, program, dan visi misi setiap calon. Baca juga: Debat Pilkada Jakarta, Ini “Skor” Agus, Ahok, dan Anies.

Sementara, pemilih sosiologis akan memilih calon berdasarkan kesamaan suku, agama, maupun ras. “Hal-hal primordialisme. Tiga ceruk itu harus diperhatikan. Di Jakarta pemilih rasional, psikologis, dan sosiologis sama kuatnya,” kata Hanta.

Berdasarkan hasil surveinya, Ahok sangat lemah dalam menjaring pemilih sosiologis. Adapun secara keseluruhan hasil survei Poltracking terhadap Pilkada DKI Jakarta, Agus Yudhoyono dan Sylviana Murni masih memimpin dengan 30,25%. Pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno berada dekat di urutan ketiga dengan elektabilitas 28,63%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya