SOLOPOS.COM - Ilustrasi kegiatan tanam padi (JIBI/Harian Jogja/Bisnis Indonesia)

Harianjogja.com, JOGJA-Petani belum menjadi profesi yang menjanjikan di Indonesia. padahal Indonesia dikenal sebagai negara agraris. Alhasil usaha pertanian lebih banyak dikelola warga yang sudah tua atau berusia 45 tahun ke atas.

Berdasarkan sensus pertanian yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) 2013, petani di DIY didominasi usia 45-54 tahun. Kelompok usia kedua terbanyak diduduki lansia usia 65 ke atas dan rangking ketiga lansia usia 55-64 tahun.

Promosi Klaster Usaha Rumput Laut Kampung Pogo, UMKM Binaan BRI di Sulawesi Selatan

“Petani utama di DIY terbesar berada di kelompok usia 45-54 tahun, yakni sebesar 135.300 rumah tangga atau 27,3 persen. Dengan kata lain kelompok usia produktif mendominasi,” jelas Kabid Statis Produksi BPS DIY, Mohammad Lausepa saat rilis sensus pertanian di di Aula Plaza Informasi DIY, Jl. Brigjen Katamso, Komplek THR Jogja, Senin (2/12/2013).

Sementara kelompok usia muda, 35-44 tahun yang memilih profesi ini berkisar 19,23%. Angka semakin mengecil di kelompok usia serta 25-34 tahun dengan kisaran 5,34%.

Total, ujar dia, jumlah rumah tangga usaha pertanian 2013 sebanyak 495.800 rumah tangga. Secara detil Lausepa menjabarkan 369.700 rumah tangga memilih subsektor tanaman pangan, 316.500 rumah tangga holtikultura, 228.100 rumah tangga perkebunan, 383.600 rumah tangga peternakan, 39.300 rumah tangga untuk perikanan serta 263.500 rumah tangga kehutanan.

Jumlah rumah tangga petani gurem atau rumah tangga usaha pertanian penguna lahan yang menguasai lahan kurang dari 0,5 hektare di DIY pada 2013 sebanyak 424.600 rumah tangga atau sebesar 85.70%. jumlah ini turun 55.200 rumah tangga atau 11,51% dibandingkan 2013.

Kendati demikian, rata-rata luas lahan yang dikuasai rumah tangga usaha pertanian meningkat. Dari 1.681 m2 pada 2003 menjadi 2.682 m2 pada 2013 atau naik sebesar 59,55%. “Peningkatan lahan ini ada kemungkinan karena sekarang sudah dilakukan optimalisasi lahan. Dengan memanfaatkan perkebunan sebagai lahan pertanian,” jelasnya.

Kepala BPS DIY, Wien Kusdiatmono menambahkan untuk peternakan di DIY, wilayah yang paling banyak memiliki ternak sapi dan kerbau ialah Gunungkidul dengan kisaran 138.200 ekor. Sementara Kota Jogja merupakan wilayah yang paling sedikit memiliki ternak sapi yakni 300 ekor.

Lebih lanjut ia menyampaikan wilayah yang memiliki jumlah sapi potong terbanyak ialah Gunungkidul sebanyak 138.100 ekor, jumlah sapi perah mayoritas di Sleman dengan jumlah 4.000 ekor dan ternak kerbau terbesar di Sleman dengan jumlah 500 ekor.

“Ternak menjadi komoditas strategis dengan jumlah sapi dan kerbau pada 1 Mei 2013 sebanyak 278.1000 ekor sapi potong, 4.300 ekor sapi perah dan 1.000 ekor kerbau,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya