SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA–Memasuki hari ketujuh, pesawat Malaysia Airlines belum juga ditemukan, bahkan diketahui pasti dimana lokasi pesawat itu berada. Akhirnya muncullah pertanyaan, mungkinkah pesawat yang membaa 239 orang itu ditemukan? Atau bahkan keajaiban membuat seluruh penumpang selamat? Bahkan, tampaknya, anggota keluarga mulai frustasi dengan pencarian itu.

Dugaan pesawat hilang atau jatuh di lautan, makin menyulitkan proses pencarian. Pasalnya, luas perairan di India ataupun Malaysia yang diduga lokasi pesawat berada memiliki cakupan yang sangat luas. Juga, belum ada teknologi yang sangat canggih yang akhirnya bisa membantu penemuan pesawat yang jatuh ke lautan tersebut.

Promosi Jaga Keandalan Transaksi Nasabah, BRI Raih ISO 2230:2019 BCMS

Dalam lima tahun terakhir pemerintah negara-negara maju dan industri telah mencari jalan untuk memudahkan penemuan pesawat dan kotak hitam (“black box”) di lautan. Namun, upaya itu belum dapat direalisasikan hingga kejadian hilangnya pesawat Malaysia Airlines.

Berdasarkan laporan www.JapanToday.com, upaya ini awalnya diawali oleh hilangnya pesawat Air France 447 di perairan Atlantic dengan rute Rio de Janeiro-Paris pada 1 Juni 2009.

Sejak itu Amerika Serikat, negara-negara Eropa, industri beserta organisasi teknikal telah mendiskusikan mengenai kemungkinan mengimplementasikan lampu suar bawah laut pada kotak hitam pesawat. Lampu itu, didesain, mampu memancarkan sinar dalam kurun waktu 30 hari, menambahkan transmiter bawah laut di lambung pesawat serta transmiter  darurat yang dapat mengapung ketika pesawat tenggelam. Tujuannya, agar pesawat bisa tetap ditemukan lokasinya 30 hari setelah tenggelam.

Saat ini data perekam pada kotak hitam, menyimpan ratusan tipe informasi tentang bagaimana pesawat bekerja selama penerbangan.  Melalui kotak hitam itu, Investigator akan mengumpulkan informasi itu untuk mengetahui penyebab  kecelakaan, termasuk bagaimana mesin bekerja, aksi pilot, serta fungsi berbagai sistem pesawat.

Ide lain yang tengah didiskusikan adalah penambahan penanda transmiter yang secara otomatis mampu terdeteksi dan mengapung ke permukaan jika pesawat tercebur ke air. Pesawat tentara angkatan laut Amerika Serikat sudah mengimplementasikan transmiter ini selama 15 tahun terakhir.  Namun transmiter ini membutuhkan biaya lebih.

Gagasan lainnya, yakni dengan memperkuat transmiter standar yang telah ada saat ini. Beberapa pesawat keluaran baru telah memiliki kotak hitam yang dapat mengirimkan rekaman streaming via satelit. Belum diketahui apakah MH370 sudah dilengkapi dengan transmitter tersebut.

Kekurangan dari system ini adalah  jika seluruh pesawat memancarkan data pada saat bersamaan, maka tidak ada cukup bandwith untuk menggirimkan data atau tidak ada kapasitas yang cukup untuk merekamnya di darat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya