SOLOPOS.COM - Keluarga korban pesawat Airasia QZ 8501 menangis saat mendengar kabar telah ditemukannya puing dan jenazah penumpang pesawat Airasia yang hilang itu. Duka mereka tumpah di Crisis Center Airasia di Terminal 2 Bandara Juanda Surabaya di Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/12/2014). Tim SAR berhasil menemukan sejumlah barang dan jenazah penumpang pesawat Airasia yang hilang kontak itu di sekitar Teluk Kumai, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. (JIBI/Solopos/Antara/Suryanto)

Pesawat Airasia ditemukan. Namun ada pertanyaan mengapa yang selalu muncul dari pihak Airasia hanya Tony Fernades dan CEO Indonesia Airasia, Sunu Widyatmoko.

Solopos.com, SOLO — Ada pertanyaan menggelitik mengapa petinggi Airasia yang selalu muncul dalam penanganan hilangnya pesawat Airasia QZ-8501 hanya sang CEO, Tan Sri Anthony Francis Fernandes (Tony Fernandes). Padahal sejatinya, Indonesia Airasia adalah maskapai berbendera Indonesia.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Sebenarnya Indonesia Air Asia ini milik siapa? Menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla ini milik Indonesia karena ada bendera merah putih, tetapi pertanyaannya mengapa yang sibuk muncul hanya Tony Fernandes yang warga Malaysia,” tulis pengamat intelijen, Marsda TNI (Pur) Prayitno Ramelan, dalam artikel yang dipublikasikan di laman ramalanintelijen.net, Sabtu (3/1/2014).

Pertanyaan itu sangat beralasan mengingat Airasia Benhard pimpinan Tony Fernandes menguasai 49% saham Indonesia Airasia. Sedangkan 51% saham lainnya dimiliki PT Fersindo Nusaperkasa. Komposisi saham itu berlaku sejak Awair (maskapai yang salah satunya didirikan Abdurrahman Wahid atau Gus Dur) diakuisisi pada 1 Desember 2005 dan berganti nama menjadi Indonesia Airasia, .

Kepemilikan saham oleh asing dalam perusahaan maskapai penerbangan domestik memang dibatasi dalam undang-undang, yaitu tidak boleh menjadi mayoritas. Namun, mengutip artikel di sindoweekly-magz.com edisi 9-15 Agustus 2012, Presiden Direktur Fersindo yang juga Presdir Indonesia Airasia (sebelum Sunu Widyatmoko), Darmadi Pin Haris, merupakan orang dekat Tony Fernandes. Hal ini menimbulkan pertanyaan soal kepemilikan mayoritas sebenarnya di maskapai itu.

Pada Kamis (26/7/2012) lalu, Airasia Berhard dan PT Fersindo Nusaperkasa mengumumkan membeli 76,95% saham Batavia Air. Fersindo mendapat 51% saham dan perusahaan Airasia Berhard mendapat 49%. Namun pada Oktober 2012, pembelian seharga US$80 juta atau Rp720 miliar itu batal. Selanjutnya, Airasia menyatakan rencana untuk membentuk joint venture dalam pembentukan sebuah pusat pelatihan pilot di Indonesia.

“Semestinya kalau itu pesawat milik Indonesia, maka pemiliknya muncul untuk memberikan perhatian dan menunjukkan empatinya,” tulis Prayitno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya