SOLOPOS.COM - Penyelam SAR gagal beraksi, Jumat (2/1/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Beawiharta)

Pesawat Airasia ditemukan di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Membutuhkan ketelitian dan harus hati-hati untuk mencari pesawat karena banyaknya faktor yang dapat mengancam nyawa tim penyelam.

Solopos.com, PANGKALAN BUN – Pencarian hari ke-11, dua penyelam dari tim Pelopor berhasil menemukan ekor pesawat Airasia QZ 8501, Rabu (7/1/2015). Ancaman berupa cuaca, arus ombak, hingga predator laut pun haru ditempuh oleh tim penyelam.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Menyelam ke dasar laut saat cuaca tidak bersahabat seperti saat ini, bukanlah perkara mudah. Beberapa hari terakhir, kondisi perairan di bagian utara Laut Jawa dekat Selat Karimata menjadi ancaman besar nyawa tim penyelam untuk menemukan pesawat dan penumpang Airasia.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Kepala Stasiun Meteorologi Lanud Iskandar Pangkalan Bun Lukman Soleh menyatakan cuaca sekitar titik penemuan ekor pesawat Airasia berawan.

“Kondisi cuaca berawan, potensi hujan ringan, angin dari barat dan barat laut dengan kecepatan 5 – 15 knot, tinggi gelombang laut 0,5 – 1,5 meter, arus laut dari arah barat kecepatan 10 – 25 sentimeter per sekon,” ujar Lukman sebagaimana dikutip Detik, Rabu (7/1/2015).

Selain tantangan alam, para penyelam juga harus berhadapan dengan bahaya lain seperti predator di dalam laut. Kemungkinan adanya predator yang berkeliaran di sekitar lokasi pencarian Airasia QZ8 501 cukup tinggi. Hal itu disebabkan karena kondisi jenazah yang mulai mengeluarkan bau karena mengalami proses pembusukan.

Dilansir Liputan6, Selasa (6/1/2015) Komandan Tim Penyelam TNI Angkatan Laut Kapten Laut Pelaut Edi Tirtayasa menjelaskan beberapa predator laut yang diwaspadai tim pencari adalah hiu, ular laut, dan ikan pari. Meski hingga saat ini belum ada predator yang mendekat ke lokasi pencarian pesawat Airasia QZ 8501, tapi hewan buas itu harus tetap diwaspadai.

“Ya pasti mengundang predator laut dengan kondisi jenazah yang sudah alami proses pembusukan,” ujar Edi.

Sebagai contoh, Edi menjelaskan keruhnya air dasar laut sering membuat keberadaan ular laut sering luput dari perhatian. Apalahi gigitan ular laut tidak menimbulkan rasa sakit akan tetapi memiliki bisa yang efeknya menyebabkan kematian dalam hitungan detik.

Penemuan ekor pesawat Airasia menjadi pencapaian besar tim SAR gabungan, Rabu (7/1/2015). Sebanyak delapan jenazah juga berhasil diidentifikasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya