SOLOPOS.COM - Ilustrasi pesawat Airbus 320-200 milik maskapai penerbangan Airasia (airbus.com)

Pesawat Airasia ditemukan. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membenarkan pihak Airasia tak mengambil laporan cuaca sebelum QZ-5801 hilang kontak.

Solopos.com, JAKARTA — Kabar pilot Airasia QZ-5801 yang tidak mengambil laporan cuaca sebelum menerbangkan pesawat ditanggapi oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Padahal laporan cuaca ini sangat penting untuk menyusun flight plan (rencana jalur penerbangan) yang akan dilalui.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Sebelumnya, ramai dibicarakan salinan surat dari Kepala BMKG kepada Menteri Perhubungan yang salah satunya berisi Airasia tidak mengambil laporan cuaca sebelum pesawat itu hilang kontak pada Minggu (28/12/2014) pagi.

“Benar ada surat itu. Itu sebenarnya surat internal berisi laporan kepada Menhub untuk peningkatan pemanfaatan informasi cuaca. Barangkali karena kasus ini, kemudian dikaitkan dengan kecelakaan [Airasia]. Ada alasan untuk perbaikan di kemudian hari, saya antisipasi dengan surat internal,” kata Kepala BMKG, Dr Andi Eka Sakya, dalam sebuah wawancara dengan TV One, Jumat (2/1/2014) sore.

Menurut Andi, sesuai standar operasional, seharisnya setiap pilot yang akan terbang perlu mengetahui perubahan cuaca, terutama di jalur penerbangan dari tempat asal ke daerah tujuan. Informasi itulah yang diperlukan untuk membuat flight plan sebelum terbang.

Sementara itu, Direktur Airnavigation Indonesia, Wisnu Darjono, mengatakan laporan cuaca sebenarnya selalu disediakan BMKG melalui bandara. Bahkan, BMKG selalu mengeluarkan up date setiap tiga jam.

“Tapi karena kesibukan pilot, tidak mungkin pilot sendiri yang mengambil laporan itu. Makanya ada flight operations officer [FOO] yang menyiapkan itu. Jadi pilot membutuhkan itu untuk membuat flight plane. Kalau hanya [memperhitungkan] jarak dibagi kecepatan, tidak cukup. Dengan adanya cuaca bisa waktu perjalanan bisa bergeser dan muncul selisih,” katanya seperti ditayangkan TV One, Jumat petang.

Diberitakan sebelumnya oleh Solopos.com, dalam komunikasi terakhir pesawat, pilot meminta naik ke ketinggian 38.000 kaki. Hal itu terekam dalam transkrip milik Komite Keselamatan Transportasi Nasional (KNKT).

Menara ATC Jakarta hanya mengizinkan QZ-8501 naik ke ketinggian 84.000 kaki. Namun jawaban dari menara ATC itu baru diberikan 2 menit kemudian dan pilot sudah hilang kontak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya