Harianjogja.com, Jogja-Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi propinsi itu pada 2013 dari sebelumnya 5%-6% menjadi 4,5%-5,5%.
Promosi Cerita Klaster Pisang Cavendish di Pasuruan, Ubah Lahan Tak Produktif Jadi Cuan
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Arief Budi Santoso, Senin (16/9/2013) mengatakan koreksi dilakukan akibat adanya indikasi melambatnya produktivitas berbagai sektor ekonomi di DIY.
“Tetap kami koreksi meskipun pertumbuhan pada triwulan satu masih mencapai 5,06 persen dan triwulan dua 5,71 persen,” katanya.
Menurut dia beberapa sektor yang diindikasikan akan mengalami pelambatan produktivitas antara lain sektor pertanian, sektor industri dan sektor bangunan.
“Sektor pertanian tahun ini akan menurun dari tahun 2012 yang sebelumnya cukup tinggi,” katanya.
Selain itu, lanjut dia, sektor jasa keuangan juga akan melambat karena secara langsung terdampak suku bunga nasional yang dinaikkan dari 7% menjadi sebesar 7,25%.
“Naiknya BI rate juga akan mengakibatkan minat pinjaman kredit Bank menurun. Di sisi lain juga justru memiliki risiko terkait dengan “nonperforming loan”-nya [kredit macet] ,”katanya.
Namun, seiring dengan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut, BI memperkirakan inflasi di DIY akan berangsur menurun. Hal itu disebabkan efek tekanan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi telah berkurang.