SOLOPOS.COM - Benih padi. (JIBI/Bisnis/Dwi Prasetya)

Pertanian Jateng ini terkait ketersediaan benih padi di Jateng.

Solopos.com, KLATEN –Upaya pemberdayaan penangkar benih dan realisasi program 1.000 desa mandiri benih belum mampu melepaskan Jawa Tengah (Jateng) dari kekurangan benih dalam tiga hingga empat tahun terakhir. Hingga kini, Jateng dinyatakan masih kekurangan benih padi sebanyak 9.000 ton per tahun.

Promosi Siasat BRI Hadapi Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik Global

Berdasarkan data yang dihimpun  di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Jateng, luas areal tanaman padi di Jateng mencapai 1,9 juta hektare. Dengan luasan tersebut, kebutuhan ideal benih di Jateng mencapai 48.000 ton benih padi.

Sementara, ratusan pemroduksi benih padi di Jateng hanya mampu memenuhi 39.000 ton benih padi. Kekurangan 9.000 ton benih padi tersebut biasanya dipenuhi dari daerah lain, seperti membeli benih padi dari Jabar dan Jatim.

Kekurangan benih yang dialami Jateng saat sekarang jauh berbeda dengan kondisi Jateng di tahun 2011-2012. Waktu itu, Jateng mampu memproduksi benih padi hingga mencapai 60.000 ton.

Guna mengembangkan produksi benih di Jateng, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng memberdayakan penangkar benih dan mendukung program 1.000 desa mandiri benih di Tanah Air. Jumlah desa yang dilibatkan dalam program nasional itu mencapai 55 desa.

“Pemroduksi benih di Jateng itu terbagi dalam BUMN, Dinas Pertanian, dan swasta. Dari pemroduksi itu, swasta yang menguasai [sekitar 450 pemroduksi benih]. Secara keseluruhan, kawasan Soloraya ini masih menjadi tulang punggung pangan nasional dan tulang punggung di Jateng,” kata Kepala BPSB Jateng, Neni Ernawati, di ruang kerjanya, Rabu (3/2/2016).

Kepala Seksi (Kasi) Pengembangan dan Pengendalian Mutu BPSB Jateng, Ali Effendi, mengaku optimistis produksi benih padi di Jateng terus meningkat. Hal itu dibuktikan dengan bergeliatnya kalangan swasta yang bersaing memproduksi benih padi.

Ali Effendi mengatakan setiap pemroduksi benih di Jateng harus mengantongi sertifikasi dari BPSB. Guna mengantongi sertifikasi itu, calon pemroduksi benih harus melalui 10 tahapan, di antaranya uji kelayakan, sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana pendukung, uji laboratoium, dan lain sebagainya.

“Yang paling banyak diuji di sini jenis ciherang. Dari 4.957 pengajuan yang lulus sertifikasi mencapai 4.930 [salah satu keunggulan jenis ciherang karena tahan berbagai hama dan tidak mudah rontok],” kata Ali Effendi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya