SOLOPOS.COM - Mohammad Tabrani

Solopos.com, JAKARTA–Nama M. Tabrani memang tak banyak dibicarakan jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh pemuda lainnya. Namun, ditengok dalam sejarah, M. Tabrani memiliki jasa yang luar biasa dalam memperjuangkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Dilansir dari kemdikbud.go.id, Senin (17/10/2022), Mohammad Tabrani Soerjowitjitro atau M. Tabrani merupakan putra dari pasangan R. Panji Soeradi Soerowitjitro dan R. Ayu Siti Aminah yang lahir di Pamekasan, Madura, pada 10 Oktober 1904.

Promosi Jangkau Level Grassroot, Pembiayaan Makro & Ultra Mikro BRI Capai Rp622,6 T

Sejak 1926, M. Tabrani menjadi seorang jurnalis yang bekerja pada harian Hindia Baru. Sepak terjangnya dalam dunia jurnalistik memang luar biasa. Ia bahkan jauh-jauh ke luar negeri untuk memperdalam ilmu jurnalistik.

Selain sebagai seorang jurnalis yang hebat, nama M. Tabrani semakin dikenal ketika Ia memberi gagasan seputar penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Bukan tanpa alasan, M. Tabrani memperjuangkan gagasan penggunaan Bahasa Indonesia karena merujuk pada kondisi riil rakyat Indonesia yang memiliki keberagaman.

Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya organisasi pemuda yang terbentuk dan memiliki sifat kedaerahan. Masing-masing dari organisasi tersebut masih berorientasi kepada daerahnya masing-masing.

Kemudian M. Tabrani menginisiasi terwujudnya Kongres Pemuda I yang diadakan pada 1926. Kongres tersebut menjadi awal dari bersatunya para pemuda dari seluruh penjuru bangsa yang dihadiri perwakilan dari setiap organisasi kedaerahan.

Diceritakan, ketika itu sempat terjadi perbedaan pendapat antara M. Tabrani dengan Moh. Yamin.

Sebab, M. Tabrani mengamini setiap pidato yang disampaikan oleh Moh. Yamin, namun tak setuju dengan butir ketiga konsep resolusi yang dibuat oleh Moh. Yamin.

Pada butir ketiga usulan tersebut berbunyi menjunjung bahasa persatuan, bahasa Melayu. M. Tabrani tetap kuat pendiriannya untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Dikutip dari si.or.id, M. Tabrani sempat menyampaikan bahwa jika nusa itu bernama Indonesia, bangsa itu bernama Indonesia, maka bahasa juga harus disebut sebagai bahasa Indonesia, bukan Melayu. Perbedaan pendapat tersebut menyebabkan keputusan akhir kongres harus ditunda. Kendati demikian, bahasa Indonesia tetap digaungkan.

Selain itu, buah dari Kongres Pemuda I adalah tekad M. Tabrani bersama dengan para pemuda yang semula terbagi menjadi beberapa organisasi kedaerahan untuk bisa melebur berhasil tercapai.

Semangat M. Tabrani dalam membantu mewujudkan kemerdekaan Indonesia memang luar biasa. Pada 11 Februari 1926, sebelum Kongres Pemuda I, M. Tabrani menularkan semangatnya yang berapi-api melalui sebuah tulisan di harian Hindia Baru tempatnya bekerja.

Pada kolom Kepentingan yang dinaunginya, M. Tabrani menuliskan Bangsa Indonesia belum ada, terbitkanlah bangsa Indonesia itu! Bahasa Indonesia belum ada, terbitkanlah bahasa Indonesia itu!

Hingga pada Kongres Pemuda II 1928, rumusan resolusi yang dibuat oleh Moh. Yamin menyebutkan : menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Semenjak itu, bahasa Indonesia semakin sering digaungkan penggunaannya. Kehadirannya menjadi fondasi bagi rakyat untuk dapat bersatu merebut kemerdekaan Republik Indonesia.

Mohammad Tabrani wafat pada 12 Januari 1984. Jenazahnya disemayamkan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir. M. Tabrani dianugerahi Tanda jasa Perintis Kemerdekaan oleh Kementerian Sosial Republik Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya