SOLOPOS.COM - Ruang Kongres II Museum Sumpah Pemuda (kemdikbud.go.id)

Solopos.com, JAKARTA – Kongres Pemuda II yang diselenggarakan pada 28 Oktober 1928 lalu tak lepas dari peran berbagai pihak. Meskipun tak banyak diceritakan, namun beberapa tokoh perempuan ternyata juga terlibat dalam peristiwa tersebut.

Dilihat dari kanal Youtube Komnas Perempuan, Rabu (19/10/2022), tercatat terdapat 10 perempuan yang hadir dalam kongres tersebut. Tujuh di antaranya adalah Poernomowulan, Dien Pantouw, Nona Tumbel, Siti Soendari, Emma Poeradiredja, Suwarni Pringgodigdo, dan Johanna Masdani Tumbuan.

Promosi BRI Kantor Cabang Sukoharjo Salurkan CSR Senilai Lebih dari Rp1 Miliar

Tiga dari ke tujuh nama tersebut berkesempatan memberikan pidatonya dalam agenda kongres yang diketuai oleh Soegondo Djodjopoespito itu. Berikut ini Solopos.com kisahkan sekilas tentang tiga tokoh perempuan yang turut memberikan kontribusinya pada Kongres Pemuda II.

Baca Juga: Solo, Kota Terbentuknya Persatuan Indonesia Muda Pasca-Sumpah Pemuda

  1. Poernomowulan

Tak banyak diceritakan, namun merujuk pada sejarah, Poernomowulan menjadi perempuan pertama yang memberikan pidatonya dalam kegiatan Kongres Pemuda II. Sebagaimana dilansir dari kanal Youtube glinadaily, Poernomowulan diketahui merupakan perwakilan dari organisasi Taman Siswa.

Sebagai seorang praktisi pendidikan, dalam pidatonya Poernomowulan menyuarakan tentang pentingnya mencerdaskan generasi bangsa dengan sistem pendidikan yang tertib dan disiplin.

Menurut Poernomowulan, setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang baik di manapun mereka berada. Baik di rumah, maupun sekolah.

  1. Siti Soendari
Siti Soendari, adik dari dr. Soetomo yang turut berperan dalam berjalannya Kongres Pemuda II
Siti Soendari, adik dari dr. Soetomo yang turut berperan dalam berjalannya Kongres Pemuda II (Youtube/Komnas Perempuan)

Kemudian ada Siti Soendari yang merupakan adik dari dr. Soetomo. Siti Soendari lahir dalam keluarga yang cukup terpandang. Tak main-main soal pendidikan, Siti Soendari merupakan seorang Sarjana Hukum yang lulus dari Universitas Leiden di Belanda pada 1934.

Diketahui, Siti Soendari merupakan perempuan ke dua yang berhasil mendapatkan gelar Sarjana Hukum. Pada masa itu, akses pendidikan untuk perempuan  belum semudah saat ini. Atas kecakapannya, Siti Soendari bahkan pernah menjabat sebagai Direktur Bank.

Pada Kongres Pemuda II, dalam pidatonya Siti Soendari membahas seputar konsep cinta tanah air. Menurutnya, tak hanya kepada laki-laki, rasa cinta tanah air juga harus ditanampkan kepada anak-anak perempuan sejak dini.

Pidato yang disampaikan oleh Siti Soendari pada Kongres Pemuda II menggunakan bahasa Belanda. Sehingga sekretaris Kongres, Moh. Yamin, membantu menerjemahkan apa yang disampaikan Siti Soendari kepada anggota Kongres.

  1. Emma Poeradiredja
Emma Poeradiredja dikenal sebagai perempuan dengan pendidikan dan karir yang cemerlang
Emma Poeradiredja dikenal sebagai perempuan dengan pendidikan dan karir yang cemerlang (Youtube/Komnas Perempuan)

Terakhir adalah Emma Poeradiredja. Dikutip dari kemdikbud.go.id, Emma lahir di Cilimus pada 13 Agustus 1902. Emma dikenal sebagai sosok perempuan yang hebat pada masanya. Bagaimana tidak? Emma berhasil mengenyam pendidikan hingga ke luar negeri dan memiliki karir yang cemerlang.

Emma pernah bekerja di Staatspoorwegen (kini PT Kereta Api Indonesia), menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA), anggota DPR/MPR pada pemilu 1971, dan masih banyak lagi.

Emma aktif sebagai anggota organisasi Jong Java sebelum akhirnya menjadi ketua Jong Islamieten Bond di Bandung pada tahun 1925. Aktifnya Ia diberbagai organisasi kepemudaan membuatnya tergabung dalam kegiatan Kongres Pemuda I dan II.

Sama seperti Poernomowulan dan Siti Soendari, Emma juga sempat membagikan pidatonya pada Kongres Pemuda II. Emma membahas tentang kemajuan wanita serta pentingnya pendidikan. Emma juga menyebutkan bahwa perempuan dapat berbuat lebih banyak

Masih dilansir dari kanal youtube Komnas Perempuan, Kongres Pemuda I dan II memang tak banyak membahas tentang perempuan. Namun adanya kongres tersebut menjadi cikal bakal dari terwujudnya Kongres Perempuan.

Kongres Perempuan diadakan di Yogyakarta. Adapun topik yang diusung adalah seputar hak perempuan serta peran perempuan dalam pergerakan kemerdekaan. Para perempuan sepakat untuk terlibat dalam mengupayakan kemerdekaan Indonesia. Selain itu, mereka juga diharap dapat turut memajukan organisasi kepemudaan.

Kongres Perempuan yang berlangsung pada 22 Desember 1928 tersebut kemudian diperingati juga sebagai Hari Ibu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya