SOLOPOS.COM - Polisi berjaga di kala tim identiikasi Polres Tulungagung melakukan olah TKP penyergapan terduga teroris di Jl Pahlawan Tulungagung, Jawa timur, Senin (22/7/2013). Ternyata satu dari dua terduga teroris yang tewas ditembak Densus 88 Antiteror Polri di tempat itu adalah remaja Klaten. (JIBI/Solopos/Antara/Sahlan Kurniawan)

Polisi berjaga di kala tim identiikasi Polres Tulungagung melakukan olah TKP penyergapan terduga teroris di Jl Pahlawan Tulungagung, Jawa timur, Senin (22/7/2013). Ternyata  satu dari dua terduga teroris yang tewas ditembak Densus 88 Antiteror Polri di tempat itu adalah remaja Klaten. (JIBI/Solopos/Antara/Sahlan Kurniawan)

Polisi berjaga di lokasi penyergapan terduga teroris di Jl Pahlawan Tulungagung, Jawa timur, Senin (22/7/2013). Ternyata satu dari dua terduga teroris yang tewas ditembak Densus 88 Antiteror Polri di tempat itu adalah remaja Klaten. (JIBI/Solopos/Antara/Sahlan Kurniawan)

Solopos.com, KLATEN — Eko Suryanto, 18, pemuda asal Dusun Ngluwih, Desa Kradenan, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah yang dikabarkan turut tewas dalam penggerebekan terduga teroris di Tulungagung, Senin (22/7/2013) lalu, sudah menghilang dari kampung halamannya sejak dua tahun silam. Kini ia mendadak dikabarkan meninggal dunia ditembus peluru anggota Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri.

Promosi Kisah Petani Pepaya Raup Omzet Rp36 Juta/bulan, Makin Produktif dengan Kece BRI

Sebelumnya keterangan yang diperoleh pers menyebutkan bahwa terduga teroris yang tewas ditembak di Tulungagung bernama Rizal, seorang warga Medan, Sumatra Utara. Mendadak, Kamis (25/7/2013) lalu, Pemerintah Desa Kradenan dan Polres Klaten diminta Densus 88 Polri memberitahukan keluarga warganya untuk menjalani tes guna memastikan identitas Eko.

Rupanya salah satu dari dua jenazah terduga teroris yang ditembak mati itu diidentifikasi polisi sebagai Eko dan kini butuh kepastian identifikasi. Perwakilan keluarga Eko, Arkanul Islam, 41, mengungkapkan pihaknya tidak percaya jika ada salah satu kerabatnya yang terlibat kasus terorisme. Pihaknya juga mengaku tidak mengetahui tempat kejadian perkara (TKP) meninggalnya Eko.

Arkanul saat ditemui wartawan di Ngluwih, Kradenan, Trucuk, Klaten, Minggu (28/7/2013), mengisahkan bahwa Eko mulai menghilang dari rumah sejak dua tahun silam. Kala itu, ia masih duduk belajar di Kelas XII SMKN 2 Klaten. Ia hampir lulus kala akhirnya menghilang.

Putra pertama pasangan Sugiyanto dan Tuginem itu, menurut modin Desa Kradenan, Panut Wijayanto, memiliki pengetahuan agama yang biasa dan tidak condong ke aliran garis keras. Selain itu, putra pertama dari empat bersaudara itu juga dipandang tidak terlalu menonjol.

“Tidak ada sikap yang menonjol, agamanya juga biasa. Orangnya sopan dan santun kepada semua orang. Kalau bicara juga halus,” ungkap Panut.

Sementara itu, ayah dan ibu Eko, Sugiyanto dan Tuginem, enggan bercerita kepada wartawan terkait dugaan keterlibatan anaknya dalam terorisme. Suasana di kampung tersebut tetap normal tanpa ada gejolak apa pun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya