SOLOPOS.COM - Awasi Supertor Garis Keras dan Batasi Gerakan Mereka (JIBI/Harian Jogja/dok)

Harianjogja.com, SLEMAN-Pengamat sepak bola Mohammad Kusnaeni mengatakan hukuman PSSI kepada PSS Sleman tak cukup untuk mengatasi kekerasan dalam sepak bola.

“Itu hukuman standar memang, tetapi hukuman demi hukuman sebenarnya tidak akan membuat jera [pelaku kerusuhan],” ujarnya melalui BackBerry Messenger (BBM) kepada Harianjogja.com.

Promosi BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran

Jika dibandingkan dengan hukuman terhadap suporter yang berbuat kerusahan di negara lain, hukuman kepada suporter PSS cenderung ringan. Menurut dia selama ini PSSI tidak serius membina suporter karena terlalu sibuk dengan komersialisasi kompetisi. Jika ada masalah, badan sepak bola tertinggi di Indonesia itu hanya menjatuhkan hukuman.

“Itu membuat kompetisi sepintas tampak meriah, tetapi fondasinya rapuh,” ujar dia.

Kompetisi di Indonesia dinilainya kurang sehat karena suporter tim tamu cenderung tak bisa menikmati pertandingan dengan aman dan nyaman. PSSI, kata dia, dapat mengendalikan suporter secara langsung lewat pembinaan maupun lewat jalur klub. Salah satu mekanisme pengendalian lewat jalur klub adalah mekanisme seleksi dan pembuatan daftar hitam (blacklist) suporter yang suka bikin onar. Persoalannya, di Indonesia, klub tak akan bisa hidup karena mereka masih tergantung dari tiket yang dibeli suporter.

“Sehingga PSSI seharusnya membantu klub dengan dukungan finansial yang cukup, misalnya lewat  hak siar atau bagi hasil kompetisi,” kata dia.

Sementara itu, Johan Ling Eng, Ketua Asosiasi Provinsi PSSI Jawa tengah mengaku prihatin dan mengutuk keras tindakan supporter BCS yang melukai supporter PSCS Cilacap hingga tewas. Menurut dia, insiden itu benar-benar tidak bisa ditoleransi.

Terpisah, Ediyanto, Panitia Pelaksana Pertandingan (Panpel) PSS Sleman mengatakan sebenarnya cukup kecewa dengan sanksi Komdis. Pasalnya, di laga itu PSS berpotensi mendapatkan penghasilan sebesar Rp 400 juta lebih dari pendapatan tiket.

“Tetapi kalau memang seperti ini [dihukum oleh Komdis], kami hanya pasrah,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya