SOLOPOS.COM - Guru Besar Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) UNS Solo, Prof. Dr. Agus Purwantoro. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO–Guru Besar Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Prof. Dr. Agus Purwantoro, mempersembahkan pementasan wayang godhong bertajuk Gemah Ripah Loh Jinawi pada Kamis (23/11/2023) lalu di Pendapa R. Ng. Yasadipura, Gedung Pusat Unggulan Iptek (PUI) Javanologi UNS.

Gus Pur, sapaan akrab Agus Purwantoro, hadir sebagai salah satu pengisi acara The 5th Intersectoral Collaboration for Indigenous Religions (ICIR) 2023. Gemah Ripah Loh Jinawi memiliki makna kemakmuran dan kesuburan pada suatu daerah. Seperti Indonesia yang merupakan bangsa yang kaya akan sumber daya alamnya.

Promosi Program Pemberdayaan BRI Bikin Peternakan Ayam di Surabaya Ini Berkembang

Dia menggunakan pohon sebagai esensi filosofis kehidupan. Gus Pur juga menambahkan bahwa manusia berawal dari khawitan. Khawitan merupakan awal mula dari kehidupan.

Dalam wayang godhong, akar tanaman disebut sebagai ayat. Akar itulah yang menopang kehidupan manusia. Begitu juga dengan bagian pohon lainnya yaitu daun. Menurutnya, jumlah daun yang tumbuh sama seperti jumlah manusia yang hidup.

Sedangkan daun yang menguning dan kemudian gugur ditafsirkan sebagai kematian manusia di akhir hidupnya. Karena pada akhirnya, bagi Guru Besar UNS Solo itu, manusia akan kembali kepada yang Di Atas. Dia menggambarkan hal tersebut dengan konflik yang sedang terjadi di Gaza, Palestina.

“Kita melihat banyaknya daun yang dipotong secara paksa di saat warna mereka masih hijau dan tidak sempat berkembang,” tuturnya dalam siaran pers yang dikutip Kamis (14/12/2023).

Daun-daun yang masih muda tersebut diibaratkan sebagai anak-anak Palestina yang terpaksa menjadi korban konflik peperangan. Di mana mereka sama sekali tidak dapat melawan balik untuk melindungi dirinya sendiri, sama seperti daun-daun muda tersebut. Menurutnya, memotong pohon adalah pembunuhan yang paling kejam sama seperti apa yang dilakukan Israel kepada Palestina.

Dia mengambil isu-isu terkini dan menyesuaikannya dengan karakter setiap daun sehingga membentuk sebuah cerita baru dalam setiap pertunjukannya. Gus Pur sama sekali tidak mengambil cerita dari pewayangan tertentu.

Sehingga orang-orang yang menontonnya tidak hanya menikmati pementasan beliau namun juga ikut memiliki rasa kepedulian akan realitas sosial. Itulah yang membuat pementasan wayang godhong Gus Pur istimewa dan unik dari pementasan wayang lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya