SOLOPOS.COM - Ilustrasi garis polisi (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/SOLOPOS)

Penipuan “maut” di Padepokan Ksatrian Satriaji Depok dilakukan dengan berpura-pura menggandakan emas dengan emas palsu.

Solopos.com, JAKARTA — Penangkapan pemimpin Padepokan Ksatrian Satriaji di Mekarjaya, Sukmajaya, Depok, Anton Hardianto, 52, oleh polisi di Lampung, membuka kedok penipuan penggandaan emas yang dijalankan di padepokan itu. Anton dan rekannya mengaku memiliki ilmu untuk menggandakan emas.

Promosi Tanggap Bencana Banjir, BRI Peduli Beri Bantuan bagi Warga Terdampak di Demak

Kasus ini terungkap setelah polisi mengusut kasus pembunuhan terhadap Ahmad Sanusi, 20, warga Cipayung, Jakarta Timur; dan Shendy Eko Budianto, 29, warga Wonogiri. Mereka menjadi korban pembunuhan yang dilakukan pemimpin padepokan tersebut. Dalam perburuan Anton Hardianto di Lampung, polisi juga membekuk seseorang bernama Ryan. Polisi masih mendalami peran Ryan dalam kasus tersebut.

Kapolresta Depok, Kombes Pol. Harry Kurniawan, menjelaskan, modus yang digunakan pelaku adalah dengan berpura-pura memiliki ilmu untuk memperkaya setiap korban yang datang. Modusnya dengan cara menggandakan emas. Pelaku juga meminta mobil milik korban untuk dijadikan mahar sebagai syarat untuk menjadi pengikutnya.

“Modusnya, pelaku mengajak korban pada saat itu kedua korban ada di TKP di padepokan Ksatrian Satriaji. Modusnya pelaku bisa menggandakan emas kepada korban,” jelasnya di Mapolresta Depok, Rabu (4/10/2016), dikutip Solopos.com dari Okezone.

Harry menambahkan untuk meyakinkan korban, pelaku hendak mengajak kedua korban ke Tangerang untuk mencari emas yang nantinya akan digandakan. Setiap korban dimintai mahar yang berbeda-beda. “Semua emas yang kami dapatkan dari tersangka itu palsu. Kerugian korban yang datang itu ya sejauh mana pelaku bisa menipu. Bisa puluhan juta,” tandas Harry.

Dalam kasus pembunuhan di Limo itu, pelaku meminta mahar berupa mobil New Avanza warna putih milik korban. “Kasus terjadi di Limo pelaku, 2 orang kita amankan, yakni Anton dan Ryan. Anton adalah pemimpin padepokan yang menjanjikan punya ilmu untuk menipu,” kata Harry.

“Ini padepokan palsu, karena modusnya memang menipu. Korban memang mengenal pelaku karena pengikutnya. Padepokan ada untuk menipu menurut saya,” kata Harry. Harry menambahkan, pelaku saat ditangkap hendak menuju Lampung untuk menjual mobil korban yang diberikan sebagai mahar untuk menjadi pengikutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya