SOLOPOS.COM - DIOGENES -- Diogenes, filsuf nyentrik dari Yunani yang secara ektrem selalu tinggal di dalam tong kayu untuk menunjukkan kritiknya pada gaya hidup yang memuja keduniaan, disebut sebagai orang yang memperkenalkan simbol acungan jari tengah untuk menghina orang. Dalam lukisan ini terlihat adegan pertemuan Diogenes dengan penguasa Yunani, Aleksander Agung, yang juga tak luput dari kritik tajamnya. (commons.wikimedia.org)

Acungan jari tengah dengan jari yang lain tergenggam sudah lama jadi simbol penghinaan atau umpatan, khususnya di negara-negara Barat. Nah, sebenarnya sejak kapan sih hal ini dilakukan, apa maksudnya dan kenapa kok jadi simbol yang berarti enggak enak begitu?

DIOGENES -- Diogenes, filsuf nyentrik dari Yunani yang secara ektrem selalu tinggal di dalam tong kayu untuk menunjukkan kritiknya pada gaya hidup yang memuja keduniaan, disebut sebagai orang yang memperkenalkan simbol acungan jari tengah untuk menghina orang. Dalam lukisan ini terlihat adegan pertemuan Diogenes dengan penguasa Yunani, Aleksander Agung, yang juga tak luput dari kritik tajamnya. (commons.wikimedia.org)

Promosi Selamat! 3 Agen BRILink Berprestasi Ini Dapat Hadiah Mobil dari BRI

Berdasarkan catatan sejarah seperti diungkapkan oleh BBC, simbol jari tengah ini rupanya sudah ada sejak Abad IV Sebelum Masehi, tepatnya di Athena, Yunani kuno. Saat itu seorang filsuf terkenal, Diogenes, tengah mengritik seorang politisi yang juga ahli pidato, Demosthenes. Saking gemasnya, di hadapan para tamunya, Diogenes lantas mengacungkan jari tengahnya seraya mencela sang politisi, “Dia tukang nggombal!”

Seorang antropolog, Desmond Morris, menyebut bahwa acungan jari tengah ini adalah salah satu bentuk penghinaan yang paling tua. “Jari tengah menjadi simbol phallus atau kemaluan laki-laki dan jari lain yang mengepal adalah simbol buah zakar. Dengan melakukannya pada orang lain, Anda seperti menunjukkan kemaluan, yang artinya ‘ini kemaluan yang kau tunjukkan ke orang lain,'” katanya. Orang Romawi beberapa abad kemudian menyebut jari tengah sebagai digitus impudicus atau jari penghina.

Ahli sejarah Romawi, Tacitus, pernah menulis bahwa para pejuang Jerman mengejek pasukan Romawi dengan mengacungkan jari tengah. Orang Amerika yang kini paling banyak terlihat menggunakan simbol tiga jari itu, khususnya yang dipopulerkan lewat film-film Hollywood, kemungkinan mengambil kebiasaan ini dari para imigran Italia. Simbol itu kali pertama terekam dalam sebuah foto dari tahun 1886 saat para pemain bisbol klub Boston Beaneaters berfoto bersama rival mereka, New York Giants. Saat itu salah satu pemain Boston terlihat mengacungkan jari tengahnya.

Kini, simbol jari tengah itu sudah dipakai di seluruh dunia, dan bisa terlihat dalam aksi-aksi protes, pertandingan olahraga atau konser musik. Desember lalu, striker Liverpool, Luis Suarez terfoto mengacungkan jari tengahnya ke arah suporter Fulham saat klubnya kalah. FA pun langsung menghukumnya atas dakwaan “perilaku tak pantas” dan menskorsnya satu pertandingan.

Meski pada awalnya acungan jari tengah dianggap sebagai simbol alat kelamin laki-laki, menurut Ira Robbins, guru besar hukum American University di Washington DC, saat ini arti tersebut sudah tak digubris lagi, Bahkan, simbol itu justru makin dianggap wajar. “Gerakan itu sudah sangat terpatri dalam kehidupan sehari-hari, baik di negeri ini maupun di negeri lain. Artinya pun sudah bermacam-macam, seperti kemarahan, protes atau kegembiraan, jadi sudah bukan melulu berarti alat kelamin,” tegasnya.

JIBI/SOLOPOS/R Bambang Aris Sasangka

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya