SOLOPOS.COM - Pendaftaran sekolah RSBI (ilustrasi/dok)

Pendaftaran sekolah RSBI (ilustrasi/dok)

JAKARTA--Indonesia Corruption Watch (ICW) tengah menunggu keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait Pengujian Pasal 50 ayat (3) UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Seperti yang diungkapkan Monitoing Pelayanan Publik ICW, Siti Juliantari Rachman.

Promosi Safari Ramadan BUMN 2024 di Jateng dan Sulsel, BRI Gelar Pasar Murah

“Sekarang kita menunggu keputusan MK untuk menghapus program RSBI (rintisan sekolah bertaraf internasional),” ujarnya, Kamis (6/6/2012) di Kantor ICW, Jakarta.

Gugatan penghapusan program RSBI sendiri, menurut Tari, sudah diajukan sejak awal tahun ini. Setelah melalui beberapa kali sidang kini tinggal menunggu keputusan MK apakah gugatan dikabulkan atau ditolak.

Gugatan ICW juga didukung oleh Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI). Sekjen FSGI, Retno Listyarti mengatakan bahwa hampir semua SMP RSBI di pelbagai daerah tidak dapat memenuhi kuota 20% untuk siswa miskin.

“Banyak siswa miskin ‘takut’ mendaftar ke sekolah RSBI karena alasan biaya,” pungkas Retno.

Retno menambahkan, sekolah-sekolah RSBI menghadapi dilema. Disatu sisi ditekan untuk merealisasikan terpenuhnya kuota 20% untuk siswa miskin sesuai peraturan perundangan. Tapi biaya yang tinggi membuat siswa miskin enggan mendaftar.

Alhasil bila memaksakan menerima semua pendaftar hanya untuk memenuhi target maksimal tanpa seleksi, menurut Retno, bisa menjadi bumerang.

Mahalnya biaya bukan omong kosong, karena data yang didapat ICW melalui kesaksian Musni Umar, Ketua Komite Sekolah RSBI SMA 70 biaya yang harua dikeluarkan oleh siswa lebih dari Rp 10 juta. Itupun untuk kelas reguler, sedangkan kelas internasional tahun pertama orang tua siswa merogoh kocek hingga Rp 31 juta. Tahun kedua dan ketiga, masing-masing Rp 24 juta dan Rp 18 juta.

Selain masalah biaya, Retno juga khawatir teradi masalah psikologis dan lingkungan sosial yang berbeda. “Ketidakmampuan beradaptasi dengan lingkungan baru akan merepotkan siswa secara psikologis. Dominasi ini akan menentukan pola relasi sosial,” paparnya.

Selain ICW dan FSGI, Ikatan Guru Indonesia (IGI) turut mendukung penghapusan program RSBI. Direktur Riset dan Pengembangan Program IGI, Dhitta Puti Sarasvati menyatakan RSBI tidak mempunyai konsep yang jelas.

“Siswa yang masuk RSBI dirugikan karena biaya yang mahal dan konsepnya tidak jelas. Bahkan kualitas guru di RSBI tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Apa bisa meningkatkan kualitas sekolah RSBI?” jelasnya.

Puti juga menilai bila program RSBI dihapus, maka sekolah di Indonesia bisa setara dan tidak memiliki gap yang jauh. ICW, FSGI dan IGI pun mendesak agar MK segera membuat keputusan terkait RSBI tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya