SOLOPOS.COM - Keranda yang berisi jenazah Siyono, 34, warga Dukuh Brengkungan, RT 011/RW 005, Desa Pogung, dibawa menuju masjid guna dilakukan salat jenazah, Minggu (13/3/2016) dini hari. (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/Solopos/dok)

Penggerebekan Densus 88 di Klaten mendapat sorotan luas publik menyusul kematian warga yang digerebek, Siyono.

Solopos.com, JAKARTA – Muhammadiyah bersama Komnas HAM akhirnya merilis hasil autopsi jenazah Siyono yang meninggal seusai ditangkap Densus 88. Dari hasil autopsi itu diketahui Siyono meninggal akibat sejumlah luka di tubuhnya.

Promosi Beredar Video Hoax Uang Hilang, Pengamat Sebut Menabung di Bank Sangat Aman

“Ada temuan-temuan luka bersifat intravital atau terjadi sewaktu hidup akibat kekerasan di tubuhnya. Itu temuan mata, kita tingkatkan dengan laboratorium secara mikroskopis,” kata ketua tim dokter forensik dokter Gatot dalam jumpa pers di Komnas HAM, Jl Latuharhari, Jakarta Pusat, seperti dilansir detikcom, Senin (11/4/2016).

Hadir dalam jumpa pers itu ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas, Komisioner Komnas HAM Siane Indriani dan Haffid Abbas, ketua Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar, Haris Azhar (KontraS), Ray Rangkuti (Lima) dan lainnya.

Dokter Gatot melakukan uji forensik bersama 8 orang dokter forensik lain dari Muhammadiyah dan satu dokter dari Polda di tempat Siyono dimakamkan. Autopsi ini dilakukan atas permintaan istri Siyono, yaitu Suratmi.

Gatot mengatakan kondisi jenazah Siyono saat diangkat untuk diautopsi belum membusuk, karena kondisi tanah pemakaman yang relatif basah. Istilah itu dikenal dalam dunia forensik sebagai saponifikasi. Hal itu yang mendukung proses autopsi lebih mudah.

Komisioner Komnas HAM Siane Indriani lalu membacakan hasil autopsi yang dilakukan oleh tim dokter tersebut. Siane mula-mula menegaskan bahwa jenazah Siyono tidak pernah dilakukan autopsi sebelumnya sejak tewas usai ditangkap Densus 88.

“Kematian Siyono ini adalah akibat dari benda tumpul yang ada di bagian rongga dada. Ada patah tulang di iga kiri sebanyak lima ke dalam, luka patah sebelah kanan, satu luka keluar,” papar Siane.

“Kemudian tulang dada patah, ke arah jantung sehingga ada jaringan di jantung [terluka] dan mengakibatkan kematian yang fatal. Jadi titik kematiannya di situ,” imbuhnya.

Siane membacakan, ada luka pada kepala Siyono tapi bukan itu yang menyebabkan kematian, karena luka di kepala tidak terlalu banyak pendarahan. Penyebab kematian dari hasil autopsi ada pada bagian dada tadi.

Dokter forensik Muhammadiyah Rorry Hartono lalu menjawab soal kemungkinan Siyono wafat. Rorry hanya menegaskan bahwa Siyono wafat akibat luka saat dia masih hidup terkena benda tumpul.

“Kalau jenazah baru, dapat ditentukan perkiraan [waktu meninggalnya], dari lebamnya, kakunya, pembusukannya. Tapi apabila jenazah sudah lewat cukup lama 21 hari, maka tentu sangat sulit menentukan kapannya,” ucap dokter Rorry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya