SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi kegiatan belajar di kelas (JIBI/Harian Jogja/Bisnis Indonesia)

Foto ilustrasi kegiatan belajar di kelas (JIBI/Harian Jogja/Bisnis Indonesia)

Harianjogja.com, JOGJA– Penggabungan dua sekolah menjadi satu akan berdampak pada kondisi psikologis baik guru maupun siswa sekolah tersebut.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas) Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Jogja, Sugeng M Subono mengatakan, ada dampak psikologis baik yang dialami para guru dan siswa dengan rombel yang sedikit.

Ia mencontohkan semangat guru mengajar saat menghadapi siswa yang banyak dan sedikit tentu saja berbeda.

“Tetapi, rombel yang sedikit harusnya bisa memupuk semangat agar guru dan siswa berprestasi. Sebab, guru bisa leluasa membimbing siswa-siswanya dengan baik. Itu yang kami harapkan,” kata Sugeng.

Karenanya, Disdik Kota Jogja belum menentukan langkah regrouping atau penggabungan bagi sekolah yang kekurangan siswa.

Padahal, setelah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) banyak sekolah yang jumlah minimal rombongan belajar (rombel) sebanyak 20 siswa, tidak terpenuhi.

Untuk diketahui, sebanyak 11 sekolah jumlah siswa kelas I berada di bawah ketentuan minimal rombel. SDN Karangsari Kotagede, misalnya, dari 28 kursi hanya terisi enam kursi, SDN Sayidan dan SDN Wirosaban masing-masing terisi 11 kursi, SDN Bangunrejo 2 (6 kursi) dan SDN Gambiran (7 kursi).

Adapun SDN Serangan dan SDN Sosrowijayan masing-masing hanya terisi 10 kursi, SDN Puropakualaman I (11 kursi), SDN Mendungan 1 (12 kursi), SDN Kraton (13 kursi) dan SDN Jetis 2 (14 kursi).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya