SOLOPOS.COM - Polisi Unit Sabhara Polresta Depok, Jawa Barat, mengenakan rompi antipeluru sebelum berpatroli, Selasa (20/8/2013). Polresta Depok melakukan patroli menggunakan rompi antipeluru demi mengantisipasi maraknya teror terhadap polisi. (JIBI/Solopos/Antara/Indrianto Eko Suwarso)

Solopos.com, JAKARTA — Kapolri Jenderal Pol Timur Pradobo dikabarkan memberikan 3 arahan kepada para Kapolda menyusul tewasnya dua anak buahnya dalam penembakan di Tangerang Selatan. Salah satunya adalah arahan agar anggota Polri tidak mengenakan seragam kala berangkat ke kantor atau pulang ke rumah saat malam atau dini hari hari.

Dua arahan lainnya, menurut Metrotvnews.com, Senin (19/8/2013), anggota Polri dilarang menggunakan motor saat dinas malam dan apel malam ditiadakan hingga situasi kembali kondusif. Namun kabar itu segera dibantah Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Putut Eko Bayuseno yang membantah pihaknya telah menginstruksikan hal semacam itu. Putut, sebagaimana dikutip Okezone.com, justru mewajibkan anggotanya mengenakan seragam dinas dalam melayani masyarakat, baik saat berangkat kerja maupun pulang kerja.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Bantahan Kapolda Metro Jaya itu menjadi mentah, Selasa (20/8/2013), kala Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto memberikan penjelasan bahwa imbauan melepas seragam polisi tak terkait dengan aksi penembakan yang menewaskan dua anggota di Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten. Menurutnya, arahan tidak menggunakan seragam itu lebih terkait masalah teknis dan tugas setiap anggota.

Menanggapi kenyataan itu, kalangan DPR mengingatkan arahan untuk melepaskan seragam Polri bagi anggota Polri tak akan menyelesaikan masalah. “Saya rasa seragam itu tidak sekadar identitas buat anggota Polri, namun juga kebanggaan untuk para penggunanya. Saran untuk melepas seragam Polri saya rasa tidak akan menyelesaikan persoalan penembakan,” tutur anggota Komisi III DPR, Aboe Bakar Al Habsy di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa.

Penanggalan seragam dinas, katanya, malah akan berpotensi menimbulkan persoalan baru. Misalkan masyarakat akan sulit mengidentifikasi mana polisi dan mana yang bukan. “Seperti yang terjadi hari ini di Johar Baru Jakarta Pusat, aparat yang sedang melakukan penggeledahan diteriaki maling dan nyaris diamuk massa lantaran tidak memakai seragam,” ujarnya.

Kebijakan untuk menanggalkan seragam seusai berdinas, menurut dia, justru bisa memicu naiknya angka kriminalitas karena banyak penjahat yang nyaru menjadi polisi. “Sekarang saja banyak kasus penjahat yang menyaru jadi polisi berseragam, apalagi nanti bila mereka tidak pakai seragam, kejahatan sejenis bisa menjamur,” kata Aboe Bakar.

Ia juga mengkhawatirkan turunnya kepercayaan diri aparat di lapangan. Karena selama ini mereka bangga dan confident dengan seragam yang dipakai. “Nah sekarang diminta lepas seragam. Apalagi bila ini dipicu dengan adanya penembakan, seolah mental polisi sudah kendor saat ada beberapa teman yang berseragam tertembak oleh orang tak dikenal. Hal ini jangan sampai terjadi, polisi tak boleh kalah mental dengan lima insiden penembakan yang ada. Bila itu terjadi mereka sudah kalah satu kosong dengan penjahat di lapangan,” kata politisi Partai Keadilan Sejahtera itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya