SOLOPOS.COM - Petugas memasang kabel untuk bahan peledak yang akan digunakan untuk meledakkan jebakan di apartemen James Holmes, pelaku penembakan saat pemutaran film terbaru Batman di bioskop di Aurora, dekat Denver, Colorado, AS. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Petugas memasang kabel untuk bahan peledak yang akan digunakan untuk meledakkan jebakan di apartemen James Holmes, pelaku penembakan saat pemutaran film terbaru Batman di bioskop di Aurora, dekat Denver, Colorado, AS. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

AURORA –Polisi di Aurora, dekat Denver Colorado, meyakini tersangka pelaku penembakan massal saat pemutaran film Batman di gedung bioskop setempat sudah direncanakan cukup lama. Aksi penembakan oleh tersangka James Holmes itu mengakibatkan tewasnya 12 orang termasuk seorang anak berusia 6 tahun. Puluhan orang lainnya mengalami cedera, termasuk tiga warga Indonesia.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kepala polisi Aurora, Dan Oates menyatakan selama empat bulan terakhir tersangka menerima kiriman amunisi dan bahan peledak dalam jumlah besar. “Temuan bukti pengiriman ini mulai membuka tabir soal bagaimana dia bisa memiliki begitu banyak amunisi dan bahan peledak itu,” katanya. Aparat keamanan setempat yang dibantu petugas federal harus bersusah-payah mengurai dan membongkar berbagai jenis bahan peledak dari apartemen Holmes yang juga dipasangi sejumlah jebakan. “Apa yang kami lihat di sini adalah bukti adanya perhitungan dan perencanaan,” imbuhnya.

Holmes pada Jumat (20/7/2012) dini hari waktu setempat memasuki gedung bioskop Century 16 di Aurora dengan berbusana tahan peluru, helm dan masker gas. Dia lantas melepaskan rentetan tembakan ke arah penonton film terbaru Batman, The Dark Knight Rises, serta melepaskan peledak gas air mata. Dia ditangkap hidup-hidup beberapa saat setelah aksinya di tempat parkir belakang bioskop.

Aksinya itu segera menyentakkan warga setempat dan seluruh Amerika, membangkitkan lagi trauma tragedi penembakan oleh dua siswa SMA Columbine di Littleton, hanya 27 km dari Aurora, yang menewaskan 12 siswa dan seorang guru. Saat polisi menangkap Holmes, dia tengah membawa senjata serbu AR-15 (varian sipil dari senjata standar militer M-16), sepucuk shotgun dan pistol Glock. Sepucuk pistol Glock lain ditemukan di mobil Holmes.

Polisi menyatakan Holmes membeli semua senjata api itu secara sah di sejumlah toko senjata setempat dalam waktu 60 hari terakhir. Dia juga membeli 6.000 butir peluru lewat internet, termasuk magasen untuk senjata serbu jenis drum, yang bisa menampung 100 butir peluru.

Arapahoe County Sheriff Grayson Robinson menyatakan tersangka kini ditahan di sel terpisah dan sendirian. Ini adalah prosedur standar untuk tersangka dalam kasus berat. Sidang pemeriksaan pertamanya dijadwalkan pada Senin (23/7/2012) waktu setempat.

Aparat sendiri masih terus berupaya menelusuri latar belakang ulah Holmes ini, yang selama ini lebih dikenal sebagai orang pendiam yang tak terkesan punya masalah. Hingga bulan lalu, dia tercatat sebagai mahasiswa doktoral ilmu syaraf di Sekolah Tinggi Kedokteran Anschutz, University of Colorado. Dia menduduki peringkat atas dan meraih beasiswa pemerintah federal dari National Institutes for Health.

Holmes sudah mengikuti pendidikan doktoralnya itu selama setahun, di mana teman-temannya memandang dia sebagai mahasiswa yang pendiam dan cenderung kutu buku. Namun sebulan lalu dia tahu-tahu mengundurkan diri tanpa alasan jelas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya