SOLOPOS.COM - Kuliah - ilustrasi (unand.ac.id)

Pendidikan tinggi terutama perguruan tinggi swasta diimbau untuk menerapkan sistem sKS yang padat.

Solopos.com, SOLO-Perguruan tinggi atau universitas swasta didorong mengambil terobosan dengan menerapkan sistem kredit semester (SKS) besar atau gemuk, yakni 4, 5, atau 6 SKS, untuk satu mata kuliah dengan menggabungkan mata kuliah serumpun. Tujuannya, agar pembelajaran dapat lebih efisien.

Promosi Waspada Penipuan Online, Simak Tips Aman Bertransaksi Perbankan saat Lebaran

Hal itu dikemukakan Guru Besar Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Jogja, Djohan MEM, seusai memberikan asistensi dan pendampingan kepada civitas akademika di Universitas Kristen Surakarta (UKS), belum lama ini.

Menurut Mantan Rektor UKDW Jogja itu, penerapan SKS gemuk akan lebih efisien dan mata kuliah yang diajarkan juga makin ramping. Mata kuliah baru hasil penggabungan beberapa mata kuliah diusahakan berorientasi ke pasar agar para lulusan mudah mendapatkan pekerjaan.
Dia menambahkan, kebijakan penggabungan beberapa mata kuliah tersebut bisa ditangani kepala program studi.

“Bisa diambil langsung oleh kepala program studi, tidak perlu lapor ke Dikti atau Kopertis,” ungkapnya.
Namun dia memberikan catatan, penerapan SKS gemuk harus disertai perubahan proses belajar mengajar yang lebih efisien, berbobot, dan menyenangkan bagi para mahasiswa. Misalnya, dalam satu semester para mahasiswa hanya dibebani empat atau lima mata kuliah, atau sehari satu mata kuliah dalam sepekan. Tapi perkuliahan akan berlangsung cukup lama lantaran SKS besar.

“Nah, justru di sini kelebihannya. Dengan hanya satu mata kuliah, para para mahasiswa tidak perlu mondar-mandir dari kampus ke mall kembali ke kampus lagi untuk berkuliah lagi dengan mata kuliah berbeda, hingga dua atau tiga jenis mata kuliah,’’ kata dia.

Untuk menyiasati SKS gemuk dan menghindari kejenuhan di kelas, perkuliahan menggunakan sistem tutorial dan para dosen harus memperbanyak praktik di lapangan. Sesudah kuliah para mahasiswa juga tidak perlu diberi tugas. Semuanya rampung dan tidak ada beban bagi mahasiswa.

“Dengan perkuliahan hampir sehari juga akan membiasakan mahasiswa berada di dunia kerja. Sehingga tidak kaget jika kelak masuk dunia kerja sesungguhnya setelah lulus. Sebab, sewaktu kuliah tidak terbiasa dolan,” jelasnya.

Terobosan lain yang disampaikan Djohan adalah merampungkan pembuatan skripsi sebelum mahasiswa melakukan praktik kerja lapangan (PKL) atau kuliah kerja nyata (KKN). Tujuannya, agar tidak mengganggu PKL atau KKN.

“Karena selama ini banyak mahasiswa yang harus bolak-balik ke sana ke mari menyelesaikan skripsi, sehingga mengganggu PKL atau KKN,” ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya