SOLOPOS.COM - Buku Anak Islam Suka Membaca yang dipermasalahkan GP Ansor karena diduga mengandung unsur radikalisme. (Istimewa)

Pendidikan anak usia dini, penulis buku Anak Islam Suka Membaca mengaku tak ada niat kesengajaan untuk mengajarkan paham radikalisme.

Solopos.com, SOLO–Penulis Buku berjudul Anak Islam Suka Membaca, Nurani, mengaku tidak ada niat atau pun kesengajaan dari pihaknya dalam membuat buku tersebut dengan maksud untuk mengajarkan anak-anak tentang paham radikalisme. Nurani menyatakan siap merevisi isi buku yang dilaporkan Gerakan Pemuda Anshor mengandung ajaran radikal.

Promosi BRI Group Berangkatkan 12.173 Orang Mudik Asyik Bersama BUMN 2024

Hal itu disampaikan Nurani ketika ditemui wartawan di kediamannya di Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, Kamis (21/1/2016).

Terkait isi buku yang dianggap mengandung ajaran radikal tersebut, Nurani menjelaskan, saat membuat buku, dirinya bahkan tidak berpikir sama sekali tentang mengajarkan paham radikalisme kepada anak-anak.

Meskipun dia mengakui, dalam buku tersebut memang ada beberapa kata yang bagi orang lain kemungkinan dipersepsikan berkaitan dengan paham radikalisme sehingga membuat ketidaknyamanan.

Dia menjelaskan setiap kata yang ia ambil sebagai contoh untuk pembelajaran membaca bagi anak-anak, berdasarkan pertimbangan bahwa kata-kata tersebut memiliki konsonan dan vokal yang pas.

“Saat saya menulis buku tersebut bahkan sama sekali tidak terpikir bahwa itu nantinya akan muncul dan dipermasalahkan karena dianggap mengajarkan radikalisme atau terorisme. Kata-kata tersebut dipilih hanya karena pertimbangan penggabungan huruf vokal dan konsonan yang selaras. Misalnya kata bom. Saat memilih kata bukan berarti tidak berpikir, namun ketika memilih kata, ketika huruf, suku kata saya harus menggabungkan a dengan m, setelah itu i dengan m, u dengan m, berakhir o dengan m, akhirnya muncul bom,  Sehingga pemilihan kata dipilih sebatas sebagai contoh penggabungan huruf vokal dan huruf konsonan,” ungkapnya.

Contoh lain yang tercantum di bukunya, yakni kata-kata “se-le-sai ra-ih ban-tai ki-yai”, Nurani menjelaskan masing-masing kata tersebut sebagai kata-kata terpisah dan tidak dalam satu kalimat.

“Tidak ada maksud menekankan kalimat “bantai kiyai”, itu tidak ada sama sekali dalam pemikiran saya, karena itu sebenarnya kata-katanya terpisah. Saya yang juga guru taman kanak-kanak [TK] tidak mungkin mengajarkan anak-anak saya untuk seperti itu,” jelas dia.

Nurani mengakui buku-bukunya tersebut telah beredar di berbagai daerah, termasuk di Kota Solo. sebab buku tersebut dicetak sejak 1999 hingga 2015. Menurutnya, sejauh ini tidak ada permasalahan terkait isi buku-bukunya tersebut. Namun Nurani menyatakan jika saat ini ternyata buku tersebut dipersoalkan karena dianggap mengandung paham radikalisme dan dinilai membahayakan, dirinya siap merevisi buku-bukunya. Sebab dia menegaskan pihaknya dan keluarganya adalah orang-orang yang sangat menentang paham radikalisme dan juga terorisme.

“Terkait dengan tulisan di buku, akan menjadi masukan bagi kami dan kami siap merevisi,” tegasnya.

Terpisah, saat dimintai tanggapan tentang kasus tersebut, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Solo, Etty Retnowati, menyatakan, akan mengecek terlebih dulu peredaran buku-buku tersebut di Kota Solo.

“Kalau memang ada dan ada instruksi untuk ditarik, ya akan kami tarik,” papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya