SOLOPOS.COM - Tim SAR gabungan melakukan upaya pengangkatan jenazah mahasiswa Atmajaya Eri Yunanto dari atas bibir kawah gunung Merapi, Senin (18/5/2015), (Sunaryo HB/JIBI/Solopos)

Pendaki tewas di kawah Merapi, Eri Yunanto, menjadi pengingat bagi para pendaki agar menaati aturan di Merapi.

Solopos.com, BOYOLALI — Tragedi kematian Eri Yunanto, 21, di kawah Merapi sudah dua pekan berlalu. Tewasnya Eri menyisakan duka mendalam tidak hanya bagi keluarga. namun juga bagi tim SAR yang aktif menjadi sukarelawan di Gunung Merapi.

Promosi Jelang Lebaran, BRI Imbau Nasabah Tetap Waspada Modus Penipuan Online

Juru Kunci Gunung Merapi, Asihono, 44, yang tak lain adalah putra ketiga Mbah Marijan, menganggap bahwa tradisi nenek moyang tentang aturan dan etika mendaki perlu dikenalkan kembali kepada para petualang muda. Setiap mendaki gunung pendaki dituntut menghomati setiap tata cara dan etika.

“Percaya atau tidak, di Gunung Merapi ada makhluk ciptaan Allah yang lebih menguasai gunung tersebut. Dulu, nenek moyang selalu berpesan kalau naik gunung maka tingkah laku dan ucapan harus baik. Kalau capek jangan bilang capek, kalau dingin jangan ucapkan dingin, cukup di hati saja,” ujar Mbah Asih, sapaannya, di sela-sela doa bersama yang diselenggarakan di Base Camp Barameru Merapi, di Dukuh Plalangan, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Sabtu (30/5/2015).

Selain ucapan dan tingkah laku, ada kepercayaan yang dulu betul-betul dipegang para pendaki gunung. Misalnya, tidak boleh memakai pakaian hijau karena dianggap menyamai Nyi Gadung Melati. “Saya kira kepercayaan yang seperti ini juga perlu diingatkan kembali.”

Sementara itu, doa bersama yang digagas Barameru menghadirkan warga Dukuh Plalangan serta tim SAR yang terlibat dalam evakuasi jenazah Eri Yunanto, termasuk SAR Boyolali, SAR DIY, dan SAR Jateng. Keluarga Eri Yunanto mulai dari ayah, ibu, kakak, dan sanak famili dari Jogja juga hadir dalam acara tersebut.

Dicky, rekan Eri yang menjadi saksi mata jatuhnya Eri dari Puncak Garuda juga hadir. Dia terakhir memotret Eri berpose di Puncak Garuda. Selain doa dan dzikir bersama, beberapa pihak juga mengingat kembali tentang etika mendaki gunung.

Suasana haru sempat terlihat saat agenda tersebut selesai. Keluarga menyalami satu per satu sukarelawan dengan penuh rasa kekeluargaan. Menurut Plh Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merapi, Tri Atmojo, Eri telah mempersatukan seluruh sukarelawan dan menjadi pengingat pentingnya semangat gotong-royong dalam suatu misi kemanusiaan.

“Bahkan Eri telah menjadi pengingat keras bagi kami dan Barameru bahwa banyak hal yang harus diperbaiki dalam mengelola kawasan Gunung Merapi.” Ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bersama agar gunung dan alam menjadi bagian dari panduan kehidupan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya