SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi


Garut–
Puluhan hingga ratusan pencari pendaki hilang, Reni Komalasari(18) mulai Selasa pagi menyisir lokasi baru pada radius 60 km2 pada kawasan gunung Cikuray di kabupaten Garut, Jawa Barat.

Kasatserse Polres setempat AKP Oon Suhendar dari Posko kampung Pamoyanan (1.296 mdpl) melaporkan, pencarian resmi akan terus berlanjut hingga Kamis (21/1) mendatang, dengan mengerahkan berbagai elemen dan komponen dari berbagai institusi resmi.

Promosi Tanggap Bencana Banjir, BRI Peduli Beri Bantuan bagi Warga Terdampak di Demak

Pecinta alam asal Tangerang Banten itu, sebelumnya diduga kuat tersesat dan jatuh dari tebing berketinggian ratusan meter di puncak “Bayangan” (Bohong) gunung Cikuray (2.600 mdpl), namun setelah dilakukan pelacakan masih belum terlihat tanda-tanda ditemukan.

Kondisi cuaca yang sangat cepat berubah-ubah, hingga kini masih merupakan kendala utama pencarian itu karena cuaca cerah dalam waktu lima menit bisa mendadak tertutupi kabut tebal disertai hujan deras, sehingga sangat menghalangi daya pandang dengan rata-rata temperatur udara 15 derajat Celsius.

Semula kelompok pecinta alam dari Tangerang Banten itu, beriringan dengan 13 personil namun kemungkinan terjadi konflik sesaat, sehingga ketika mereka menuruni Cikuray menjadi dua regu, regu Reni beranggotakan lima personil sedangkan regu lainnya delapan personil.

Dikabarkan Reni kekelahan dan terduduk di seputar puncak Bohong, tiga rekannya mencari air sedangkan seorang lagi atas nama Asep Saefullah(19) sempat menunggui Reni, tetapi kemudian meninggalkannya mencari ketiga rekannya yang mencari air.

Sekitar selama 20 menit kemudian kembali ke lokasi, ternyata Reni Komalasari tak ada lagi di tempat, hal itu terjadi pada 20 Desember 2009, kemudian orang tua Reni melaporkan kepada Polres Garut pada 14 Januari 2010, katanya.

Dari Garut juga dilaporkan, seorang warga kelurahan Sukajaya, kecamatan Tarogong Kidul, Syarifah(35), hingga Selasa pagi masih belum diketemukan meski upaya pencarian terus dilakukan oleh pihak keluarganya, karena sejak Sabtu pagi (16/1) pergi dari rumahnya tanpa meninggalkan pesan.

Perempuan bertahi lalat di dagu itu, berpostur kurus setinggi 153 cm dengan warna kulit sawo matang dan rambut sebahu, mengenakan kemeja warna biru, ujar ibu kandungnya Ny. Anih.

Ny. Anih yang hanya berprofesi sebagai pedagang keliling jenis makanan khas “Awug”, warga kampung Panawuan Rt.03/09 kelurahan Sukajaya kecamatan Tarogong Kidul itu, mengaku tak punya biaya yang cukup untuk mengumumkan anaknya yang masih menghilang tersebut, di media cetak atau koran.

Namun ternyata mendapat peluang bisa diumumkan di radio komunitas regional setempat “Green Leaves” – FM, yang kini tengah melakukan uji coba penyiarannya.

“Tolonglah saya pak, koran mana yang bisa gratis mengumumkan anak saya hilang, sedangkan uang yang dimiliki hanya cukup untuk mengganti ongkos bagi penemu yang bisa mengantarkannya,” ungkap Anih dengan nada lirih.

Dia mengaku kerap menyaksikan tayangan orang hilang di layar pesawat televisi milik tetangga, namun mustahil dirinya dapat memanfaatkan media tersebut, dari mana biayanya, ujar Anih pula.

ant/isw

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya