SOLOPOS.COM - PM Najib Razak (tengah) bersama para petinggi partai merayakan kemenangan koalisi berkuasa Barisan Nasional dalam Pemilu, Senin (6/5/2013) dini hari. Meski masih mempertahankan kekuasaan, perolehan suara Barisan Nasional makin merosot. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

PM Najib Razak (tengah) bersama para petinggi partai merayakan kemenangan koalisi berkuasa Barisan Nasional dalam Pemilu, Senin (6/5/2013) dini hari. Meski masih mempertahankan kekuasaan, perolehan suara Barisan Nasional makin merosot. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

PM Najib Razak (tengah) bersama para petinggi partai merayakan kemenangan koalisi berkuasa Barisan Nasional dalam Pemilu, Senin (6/5/2013) dini hari. Meski masih mempertahankan kekuasaan, perolehan suara Barisan Nasional makin merosot. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

KUALA LUMPUR – Perdana Menteri Najib Razak terancam dilengserkan dari posisinya setidaknya pada akhir tahun ini setelah koalisi yang dipimpinnya mencatat penurunan jumlah perolehan suara meski masih memenangi Pemilu Malaysia yang digelar Minggu (5/5/2013). Perolehan suara koalisi Barisan Nasional yang sudah berkuasa selama 56 tahun ini adalah yang terburuk saat ini.

Promosi Siasat BRI Hadapi Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik Global

Najib, 59, sebelum ini sudah mendapat tekanan dari kubu konservatif di koalisinya karena gagal meraih posisi mayoritas yang lebih kuat meski pemerintahnya sudah menggenjot banyak program sosial dan berhasil memelihara kinerja perekonomian yang baik.

Barisan Nasional memenangi 133 dari 222 kursi parlemen, kurang dari jumlah dua pertiga yang harus dicapai untuk bisa menjadi kekuatan politik mayoritas, posisi yang lepas sejak Pemilu 2008 silam. Koalisi oposisi Pakatan Rakyat pimpinan mantan Wakil Perdana Menteri Anwar Ibrahim berhasil menambah tujuh kursi di parlemen menjadi 89 kursi, namun mereka juga gagal memenuhi ambisi mendongkel kekuasaan Barisan Nasional yang merupakan koalisi berkuasa paling lama di dunia.

Seorang pejabat senior partai Melayu UMNO yang merupakan partai dominan dalam koalisi Barisan Nasional menyebut Najib kemungkinan bakal mundur akhir tahun ini. “Dia mungkin sudah meningkatkan upayanya, kami tak tahu, tapi jelas kinerjanya sangat buruk. Dia tak lagi punya banyak posisi tawar,” ujar pejabat yang tak mau diungkap jati dirinya itu.

Etnis China yang merupakan seperempat dari penduduk Malaysia juga terlihat makin banyak meninggalkan Barisan Nasional, melanjutkan tren yang sudah terlihat sejak Pemilu 2008. Di sisi lain, dukungan etnis Melayu yang selama ini menjadi kekuatan utama koalisi berkuasa juga terlihat mulai berkurang. Sebuah sumber UMNO menyebut warga kelas menengah Melayu sudah mulai bosan dan ingin perubahan. “Kesatuan Melayu jadi taruhan di sini. Ada warga Melayu yang menolak UMNO, gejala ini sudah jelas,” ujar sumber itu.

Penyebab utama makin ditinggalkannya Barisan Nasional oleh etnis China, di mana di dalamnya juga ada partai berbasis etnis China yaitu MCA, diyakini karena mereka lebih menyukai program koalisi oposisi yang menjanjikan pemberantasan korupsi yang lebih baik dan diakhirinya kebijakan-kebijakan pemerintah yang selama ini lebih menyokong etnis Melayu. Partai China, MCA, hanya mampu meraih lima kursi, merosot jauh dari perolehan 15 kursi mereka tahun 2008 silam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya