SOLOPOS.COM - Hashemi Rafsanjani (al-monitor.com)

Hashemi Rafsanjani (al-monitor.com)

DUBAI – Dua kandidat potensial dalam Pemilu presiden Iran yang bakal digelar bulan depan telah dilarang ikut serta. Keduanya adalah Akbar Hashemi Rafsanjani, salah satu tokoh Revolusi Iran yang menjungkalkan pemerintahan monarki Shah Iran, mantan presiden dan selama ini dinilai toleran terhadap seruan reformasi, serta Esfandiar Rahim Mashaie, salah satu pembantu dekat presiden saat ini, Mahmoud Ahmadinejad.

Promosi Kredit BRI Tembus Rp1.308,65 Triliun, Mayoritas untuk UMKM

Keduanya dilarang ikut Pemilu presiden oleh Dewan Penjaga, salah satu lembaga tinggi negara yang beranggotakan para ulma dan ahli hukum. Dari kedelapan calon lain yang kini tersisa, sebagian besar merupakan loyalis pemimpin spiritual tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Sejauh ini belum ada indikasi siapa yang punya kans terkuat untuk memenangi Pemilu tahap pertama pada 14 Juni itu. Beberapa nama calon yang muncul adalah Saeed Jalili, negosiator perundingan mengenai proyekn nuklir Iran dengan negara-negara Barat, Ali Akbar Velayati, penasihat utama bidang luar negeri Khamenei dan Mohammad Baqer Qalibaf, Walikota Teheran.

Tekanan ekonomi yang terus meningkat akibat sanksi ekonomi yang diberlakukan negara-negara Barat sebagai hukuman atas pelaksanaan program nuklir Iran, yang dikhawatirkan bisa dijadikan senjata, membuat sebagian rakyat mulai berpaling ke sosok yang bisa memberikan perubahan gaya pemerintahan. Bahkan dukungan bagi sejumlah tokoh reformis yang dulu kalah dalam pemilu empat tahun lalu dan masih menggugat hasil perhitungan suara ternyata juga masih tinggi.

Suara rakyat yang menghendaki perubahan ini diperkirakan bakal tersalur ke Rafsanjani, 78, salah satu pendamping utama almarhum Ayatollah Ruhollah Khomeini saat revolusi tahun 1979. Dia kemudian menjadi presiden pada 1988 hingga 1997. Tahun 2009 dirinya mulai dimusuhi kalangan garis keras setelah menunjukkan dukungan kepada kaum reformis, khususnya ketika pecah kerusuhan terburuk di negeri itu pascapemilu.

Khamenei punya wewenang untuk membatalkan keputusan Dewan Penjaga dan memulihkan hak pencalonan kandidat yang tadinya dicoret. Namun sejumlah pengamat yakin hal ini takkan terjadi. “Dampak dicoretnya Rafsanjani sekarang jauh lebih ringan ketimbang terus berhadapan dengannya di masa kemudian,” ujar Yasmin Alem, seorang pengamat politik Iran di AS. “Membiarkannya mencalonkan diri dan menggalang dukungan, lalu mengganjalnya saat pemilu akan jauh lebih berisiko. Ini pelajaran dari [Pemilu] 2009,” katanya.

“Semua calon yang disetujui adalah orang yang loyal kepada pemimpin spiritual tertinggi atau justru tidak punya pengaruh apa pun,” kata Alireza Nader, analis di RAND Corporation. “Khamenei bisa saja mengubah keputusan [pencoretan], tapi diskualifikasi Rafsanjani menunjukkan Khamenei ingin memegang seluruh kekuasaan. Ini lebih terlihat sebagai seleksi presiden, bukannya pemilihan presiden,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya