SOLOPOS.COM - banjir

Bangkok (Solopos.com) – Pemerintah Thailand berupaya meredam kemarahan yang makin memuncak di kalangan warga yang menjadi korban banjir berkepanjangan. Banjir yang terjadi sejak Juli telah menggenangi kawasan utara dan tengah Negeri Gajah Putih itu, yang menewaskan setidaknya 400 orang dan mengacaukan kehidupan 2 juta penduduk.

SEBERANGI BANJIR -- Pornthawee Taweephon, 4, diseberangkan ibunya melintasi banjir dengan duduk di kotak plastik di lingkungan tempat tinggalnya di Bangkok, Thailand, Selasa (1/11/2011). (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Promosi Efek Ramadan dan Lebaran, Transaksi Brizzi Meningkat 15%

Kawasan pusat Bangkok yang terlindung oleh jaringan kanal dan tanggul darurat dari karung pasir hingga Selasa (1/11/2011) sebagian besar masih relatif kering. Namun banjir menggenangi wilayah di utara, timur dan barat pusat kota dan makin meluas karena pengalihan arus air dari wilayah tengah kota. Di salah satu wilayah, warga yang marah menuntut agar pintu air yang ada dibuka sehingga air yang menggenangi wilayah mereka bisa surut dan keluar ke tempat lain.

Bentrok fisik sempat terjadi antara warga dengan polisi dan akhirnya Perdana Menteri Yingluck Shinawatra mengizinkan pintu air dibuka satu meter. Namun pejabat lokal menyatakan bahwa pembukaan itu bisa memindahkan air ke kanal sehingga akhirnya tempat lain yang selama ini masih aman jadi ikut kebanjiran, termasuk sebuah kawasan industri besar.

“Kami sebenarnya keberatan, namun pemerintah sudah memerintahkan Pemerintah Metropolitan Bangkok membuka pintu, jadi banjir akan datang,” kata juru bicara pemerintah Bangkok, Jate Sopitpongstorn. “Banjir akan mencapai kawasan industri Bang Chan, akan kita lihat konsekuensinya,” ujarnya. Konflik antara pemerintah Bangkok dengan pemerintah pusat menunjukkan perpecahan politik yang selama ini marak di Thailand.

Kabinet hingga kini terus berjuang menyusun rencana pemulihan dengan biaya yang diperkirakan mencapai senilai triliunan rupiah. Wakil Perdana Menteri dan Menteri Perdagangan Kittirat Na Ranong menyatakan pemerintah bakal butuh pinjaman ratusan miliar baht untuk pemulihan sekaligus untuk mencegah agar kondisi serupa tidak terulang di masa mendatang. “Semua investor dan perwakilan negara asing yang bicara dengan saya tak ada yang bertanya sekarang banjirnya setinggi apa, namun apa yang akan dilakukan Thailand untuk mencegah hal ini terulang,” katanya.

Perdana Menteri Yingluck Shinawatra awal pekan ini menyatakan sudah meyakinkan para investor Jepang bahwa bencana ini takkan terulang. Para pakar pemerintah memperkirakan bakal butuh waktu tiga bulan untuk memulihkan kawasan-kawasan industri sehingga bisa beroperasi lagi.

Thailand selama ini menjadi lokasi pusat produksi suku cadang kendaraan bermotor untuk wilayah Asia Tenggara. Akibat banjir ini Honda sudah menyatakan bakal mengalami kesulitan produksi untuk paruh kedua masa produksinya yang berakhir Maret tahun depan. Pabriknya yang ada di Ayutthaya sudah berhenti sama sekali akibat banjir ini.

Banjir Thailand telah menggenangi wilayah seluas 1,6 juta hektare dan menghancurkan 25 persen panen padi di negeri produsen beras terbesar di dunia ini.

bas/Rtr

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya