SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarang (Espos)–Pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi akan menggandengan kalangan pondok pesantren guna mengatasi pengangguran dan kemiskinan.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Abdul Muhaimin Iskandar menyatakan pihaknya segera membuat program pelatihan keterampilan bagi kalangan pondok pesantren.

“Nantinya di pondok pesantren akan dibuatkan pelatihan keterampilan berbasis kebutuhan masyarakat setempat,” katanya pada halalbihal dan dialog dengan jajaran Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng di Semarang, Minggu (24/10).

Promosi Safari Ramadan BUMN 2024 di Jateng dan Sulsel, BRI Gelar Pasar Murah

Hadir dalam acara itu Ketua PWNU Jateng Moh Adnan, Rois Syuriah KH Masruri Mughni, para ulama, Ketua DPW PKB Jateng Abdul Kadir Karding, anggota FPKB DPRD Jateng Sukirman, Fuad Hidayat, dan Muh Zein

Muhaimin mencontohkan di Pekalongan ada Balai Latiha Kerja (BLK) yang memberikan pelatihan keterampilan membatik kepada para santri. BLK berbasis kebutuhan masyarakat lokal ini akan dikembangkan di daerah lainnya.

Dengan adanya bekal keterampilan tersebut, lulusan pondok pesantren bisa berperan dalam menciptakan lapangan pekerjaan, minimal bagi dirinya sendiri.
“Melibatkan pondok pesantren ini merupakan salah satu solusi percepatan mengurangi pengangguran,” tandas Muhaimin.

Pasalnya sambung Muhaimin yang juga Ketua Umum DPP PKB ini, lulusan pondok pesantren sudah memiliki bekal kemandirian, mampu adaptasi terhadap masyarakat sekitarnya, dan bisa memberdayakan masyarakat.

“Bila nantinya pemerintah melakukan kerja sama dengan pondok pesantren, pihak lain tak boleh iri,” ujar Menakertrans.

Dalam kesempatan itu Muhaimin mengungkapkan angka penggangguran di Tanah Air saat ini sebanyak 8,59 juta orang, dari total angkatan kerja sebanyak 116 juta orang.

Penyebab utama pengangguran antara lain tak seimbangnya pasar kerja dengan lapangan pekerjaan, selain itu lowongan kerja yang adan tak sesuai dengan bidang kelulusan sehingga banyak tak terisi.

Ini karena 50% angkatan kerja di Indonesia lulusan SD, 17% lulusan SMU/SMK, sisanya lulusan diploma dan sarjana.

“Sehingga setiap ada job training, hampir 30% lowongan kerja yang tersedia tak terisi,” jelasnya.

oto

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya