SOLOPOS.COM - Ade Sara Angelina S (Twitter.com)

Solopos.com, JAKARTA — Pembunuhan mahasiswi berusia 19 tahun Ade Sara Angelina Suroto berlatar belakang cinta segitiga mencengangkan publik. Hal ini menambah panjang deretan perbuatan kriminal yang dilakukan oleh remaja dan anak muda. Kalangan psikolog menilai ada kemungkinan pelaku kasus kekerasan ini pernah mengalami kekerasan di rumah atau melihat tayangan kekerasan di televisi.

Seperti diberitakan sebelumnya, Ade Sara Angelina Suroto dibunuh dengan sadis. Jenazah Ade Sara ditemukan di pinggir jalan Tol Bintara Cikunir, KM 41, Kota Bekasi, Rabu (5/3/2014) pukul 06.30 WIB. Pelaku pembunuhan itu adalah mantan pacar Sara sendiri, yaitu Ahmad Imam Al Hafitd, 19. Hafitd melakukan aksi itu bersama pacar barunya, Assyifa Ramadhani, 19.

Promosi BRI Perkuat Kolaborasi Strategis dengan Microsoft Dorong Inklusi Keuangan

Peristiwa-peristiwa sadis seperti itu cukup mencengangkan akhir-akhir ini. Banyak perilaku kriminal dilakukan usia remaja, berbeda dengan 30 tahun yang lalu. Apalagi pembunuhan dilatarbelakangi masalah cinta segitiga. Apa yang membuat fenomena tindak kekerasan pada usia remaja semakin meraja lela akhir-akhir ini?

Psikolog dari Kasandra & Associate, A. Kasandra Putranto, mengatakan fenomena kenakalan remaja ini tidak bisa disalahkan sepenuhnya kepada anak. “Bisa jadi fenomena seperti itu , karena dia tidak mendapatkan sesuatu dari rumah,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (7/3/2014).

Selain itu, penyebab lain adalah anak sering mendapatkan kekerasan dari lingkungan di rumah. “Pelampiasan itu bisa jadi dengan menyakiti orang lain untuk melepaskan kekesalannya itu.”

Bahkan, seorang anak atau remaja yang melampiaskan kenakalannya itu seringkali justru tidak merasa bersalah, kendati melakukan hal yang secara umum dianggap sebuah kejahatan atau kesalahan.

Kemudian, lanjutnya, keluarga perlu melihat bagaimana pendidikan anak di rumah, pendidikan keluarga, bagaimana nilai-nilai dari lingkungan dan juga bisa pengaruh dari tayangan di televisi. Apalagi, selama ini banyak fenomena suami dan istri bekerja dan anak dilepaskan begitu saja dengan pengasuh.

“Jadi, anak itu bingung mau ke mana untuk curhat, di rumah dia asik menonton telebvisi dengan isinya yang tidak mendidik sama sekali, penuh kekerasan, sinetron yang tidak bermanfaat yang berisi soal hinaan, itu terekanm pada anak, sehingga dia juga ingin melampiaskan rasa itu di rumah.”

Begitu pula ketika ibu tidak bekerja (mengasuh penuh di rumah) yang seringkali lalai dengan kesibukan sendiri seperti menonton sinetron sehingga tidak memperhatikan dan mendampingi anak. Kasandra mengharapkan pemerintah mulai selektif dalam mengatur tayangan di televisi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya