SOLOPOS.COM - Ilustrasi perbankan syariah. (topnews.in).

Harianjogja.com, JOGJA—Meskipun terjadi perlambatan tahun ini, pihak bank mengaku tetap optimistis terhadap pertumbuhan
pembiayaan syariah khusus di segmen properti.

Herry Wahyudi, Branch Manager Cabang Jogja PT. Bank Muamalat Indonesia. Tbk, mengatakan hal itu didukung dengan
bertambahnya kebutuhan masyarakat akan perumahan, serta pertumbuhan dua industri andalan di kota ini, yaitu pendidikan dan
pariwisata.

Promosi Kredit BRI Tembus Rp1.308,65 Triliun, Mayoritas untuk UMKM

Herry mengakui realisasi pertumbuhan pembiayaan segmen perumahan sampai dengan Agustus 2014 baru mencapai 15%-17%.
Angka pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang dapat mencapai 20% pada periode yang sama. Namun demikian, dia optimistis pertumbuhan pembiayaan segmen perumahan pada pengujung tahun dapat mencapai 20% sesuai
target.

Pada tahun ini, khusus di daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) saja, Perseroan menargetkan penyaluran pembiayaan untuk
kepemilikan perumahan sebesar Rp150 miliar atau tumbuh sekitar 20% dibandingkan pembiayaan segmen serupa pada tahun lalu.

“Kita lihat di Jogja ini, kebutuhan properti seperti perumahan warga juga kos-kosan atau apartemen untuk mahasiswa meningkat. Kami bekerja sama dengan beberapa developer,” katanya kepada Harianjogja.com di kantornya di Jl. Mangkubumi, Jogja, belum lama ini.

Herry mengakui segmen pembiayaan properti merupakan salah satu portofolio bisnis terbesar yang digarap oleh perseroan di cabang Jogja. Total portofolio pembiayaan khusus properti mencapai 90% dari keseluruhan pembiayaan konsumer. Sementara itu,
pembiayaan konsumer sendiri mencapai 55% dari keseluruhan pembiayaan yang dilakukan oleh perusahaan.

Dia menyebutkan tidak ada kriteria khusus nilai properti tertentu yang diberikan fasilitas pembiayaan oleh Bank Muamalat. Namun
demikian, ujarnya, ada kecenderungan calon pemilik properti menengah ke atas dengan nilai Rp300 juta-Rp500 juta yang paling
banyak mengajukan pembiayaan kepada bank.

“Banyaknya [yang mengajukan pembiayaan] rumah baru. Dan paling banyak berada di wilayah Sleman, Jogja, dan Bantul,” katanya.

Saat ini, ujarnya, rasio pembiayaan bermasalah (non performing finance/NPF) perseroan mencapai 1%. Meskipun dia menilai angka
tersebut relatif rendah, akan tetapi ia menargetkan menekan angka NPF hingga kurang dari 0,5%.

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DIY Dani Surya Sinaga menambahkan pangsa pasar segmen pembiayaan properti di Jogja
masih besar. Oleh karena itu, ujarnya, meskipun tahun ini terjadi perlambatan bisnis dibandingkan dengan tahun sebelumnya, akan
tetapi pangsa pasar masih besar. Dia menyebutkan pembiayaan segmen properti terus bertumbuh seiring dengan pertumbuhan bisnis perbankan yang menerapkan prinsip-prinsip syariah.

“Memang tren tahun ini tidak sama dengan tahun sebelumnya. Tapi [perlambatan] itu bukan hanya terjadi di syariah, bank
konvensional juga pertumbuhannya tidak sebagus tahun lalu,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya