SOLOPOS.COM - Warga Kota Sorong, Papua Barat mengerumuni jasad perempuan yang dibakar hidup-hidup karena dituduh bagian dari komplotan penculikan anak. (Istimewa)

Solopos.com, SORONG – Kepolisian Resor Kota (Polresta) Kota Sorong, Polda Papua Barat menangkap dua tersangka yang terlibat dalam kasus pembakaran seorang wanita berinisial WG hingga meninggal dunia, beberapa hari lalu.

Kabid Humas Polda Papua Barat, Kombes Pol Adam Erwindi di Manokwari, Kamis (26/1/2023), mengatakan kasus pembakaran hidup-hidup perempuan di Sorong itu dipicu hoaks tentang penculikan anak.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

Ia mengatakan, dua tersangka yang sudah diamankan oleh pihak Polresta Sorong berinisial AT dan FT.

Polisi terlebih dahulu menangkap tersangka FT di rumahnya pada Selasa sekitar pukul 18.40 WIT.

Dari hasil pemeriksaan, tersangka mengakui perbuatannya yang mengakibatkan korban dibakar hingga meninggal dunia.

Keesokan harinya (Rabu), tim Polresta Sorong kembali menangkap tersangka AT sekitar pukul 18.00 WIT.

“Tersangka AT berperan membeli satu botol bensin dan menyerahkan kepada tersangka FT,” jelas Adam Erwindi seperti dikutip Solopos.com dari Antara.

Ia menuturkan, polisi terus melakukan pengembangan atas kasus pembakaran korban WG dan kemungkinan jumlah tersangka akan bertambah.

Polisi menjerat tersangka dengan Pasal 187 ayat (3) dan atau Pasal 338 dan atau Pasal 170 ayat (3) dan atau Pasal 160 KUHPidana juncto Pasal 55 KUHPidana juncto Pasal 56 KUHPidana.

“Tidak menutup kemungkinan ada tersangka baru dari hasil pengembangan yang dilakukan,” terang Kabid Humas.

Ia menuturkan, pembakaran korban WG yang terjadi pada Selasa (24/1/2023) pagi di Kompleks Kokoda Kilometer 8 Kelurahan Klasabi Distrik Sorong Manoi, Kota Sorong dipicu adanya informasi hoaks penculikan anak.

Massa yang menduga WG adalah bagian dari pelaku penculikan anak langsung bertindak main hakim sendiri dan membakar korban.

“Salah seorang massa menyiramkan bensin dan membakar korban” ucap Adam.

Terpisah, aktivis perempuan Papua Barat Yuliana Numberi berharap penanganan kasus pembakaran korban WG tetap mempertimbangkan berbagai aspek.

Kasus tersebut harus menjadi atensi bagi penegak hukum, pemerintah daerah dan awak media sehingga lebih meningkatkan peran melawan informasi hoaks yang bertebaran di media sosial.

“Harus jadi catatan semua pihak bahwa hoaks itu yang menjadi penyebab awal,” ujar Yuliana.

Ia menyarankan agar pemerintah daerah dan pihak penegak hukum cekatan merespon seluruh informasi yang bertebaran di ruang maya.

Pemerintah daerah melalui instansi terkait harus memiliki call center sebagai sarana bagi masyarakat untuk mengecek sebuah informasi.

“Edukasi dan sosialisasi itu penting supaya masyarakat tahu bahwa mana hoaks dan mana bukan,” pungkas dia.

Beredar di Medsos

Sebelumnya diberitakan, sebuah video yang memperlihatkan perempuan dibakar hidup-hidup beredar luas di media sosial.

Narasi yang berkembang perempuan yang dibakar hidup-hidup itu bagian dari komplotan penculik anak.

Ada empat penculik anak yang ditangkap namun tiga di antaranya lolos. Satu terduga pelaku yang berjenis kelamin perempuan ditangkap warga.

Informasi lain menyebutkan, perempuan tersebut merupakan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

Lokasi tindakan sadis massa itu berada di Jalan Basuki Rahmat Kompleks Kokoda Km 8, Kota Sorong, Papua Barat Daya, Selasa (24/1/2023) sekitar pukul 06.00 WIT.

Setidaknya ada empat video yang beredar yang memperlihatkan kronologi tindakan sadis massa tersebut.

Video pertama memperlihatkan seorang perempuan berpakaian putih loreng hitam yang sedang dipegang seorang polisi.

Di sekelillingnya ratusan orang mengepung dan berteriak-teriak ‘bakar, bakar’.

Meski sudah dilindungi polisi, perempuan itu tidak luput dari pukulan dan tendangan orang-orang yang mengelilinginya.

Polisi yang seorang diri itu akhirnya kewalahan karena orang di sekelilingnya mulai beringas.

Tiba-tiba ada seorang warga yang menyiramkan bahan bakar minyak ke tubuh perempuan malang tersebut.

Polisi yang awalnya memegang perempuan yang belum diketahui identitasnya itu pun menjauh.

Seorang warga lainnya menyulutkan api hingga dalam sekejap terjadi kobaran besar api.

Potongan video lainnya memperlihatkan perempuan yang dibakar sudah meninggal dalam kobaran api.

Tiba-tiba seorang siswi SMA berjilbab datang sembari menangis histeris.

Belum diketahui apakah ada hubungan antara siswi tersebut dengan perempuan malang yang dibakar hidup-hidup tersebut.

Siswi itu terus menangis dan meminta massa tidak bertindak kejam.

“Jangan begitu, jangan begitu,” teriaknya terus menerus.

Setelah siswi itu menangis, beberapa orang mendekat dan berusaha memadamkan api yang menghanguskan perempuan malang yang disangka penculik anak tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya