SOLOPOS.COM - Ilustrasi pabrik (JIBI/SOLOPOS/dok)

Kurs rupiah fluktuaktif dan akhir-akhir ini mengalami depresiasi. Pelemahan rupiah belum memengaruhi industri tekstil.

Solopos.com, SOLO – Depresiasi atai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar tidak berpengaruh terhadap industri tekstil meski sebagian besar bahan bakunya merupakan impor. Hal itu karena pengusaha melakukan lindung nilai atau hedging.

Promosi Selamat! 3 Agen BRILink Berprestasi Ini Dapat Hadiah Mobil dari BRI

Hedging adalah membeli dan menjual kontrak berjangka untuk menutupi risiko atas perubahan harga di pasar spot (fisik). Hedging yang dilakukan dalam perdagangan berjangka merupakan bentuk lain dari kegiatan asuransi yang diciptakan berdasarkan mekanisme pasar yaitu dengan melalui pasar turunan atau derivatif dari pasar fisiknya.

Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jateng, Lilik Setiawan, menyampaikan kondisi seperti saat ini sudah diantisipasi oleh pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan hedging yang dilakukan Bank Indonesia (BI).

Dia menyebutkan hampir semua perusahaan tekstil di Jateng menerapkan hedging. Oleh karena itu, depresi rupiah kali ini tidak terlalu memberi dampak yang terlalu besar bagi industri tekstil yang masih mengandalkan bahan baku impor.

“Saat ini industri tekstil berjalan dengan baik, gonjang ganjing rupiah tidak memengaruhi jumlah pasokan bahan baku atau membebani perusahaan,” ungkap Lilik kepada , Kamis (12/3/2015).

Dia menyampaikan hedging ini bisa melindungi nilai hingga enam bulan sehingga memberi kenyamanan bagi pelaku impor bahan baku.

Ketua Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan (FPKLB), Alpha Febela Priyatmono, menyampaikan hingga saat ini harga bahan baku batik seperti kain sutra dan pewarna belum mengalami kenaikan.

Meski begitu, dia mengaku sudah mendapat pemberitahuan dari pabrik, harga pewarna kain akan naik. Namun kenaikan harga pewarna kain ini akan dilakukan setelah dolar stabil.

“Dua bahan baku itu [sutra dan pewarna] masih impor jadi harganya memang sangat bergantung pada nilai dolar. Kain katun juga berpotensi akan meningkat,” ujar dia.

Kenaikan harga bahan baku tersebut dinilai nantinya akan ada penyesuaian harga jual batik. Penyesuaian harga jual dinilai hanya terjadi pada batik dengan kain sutra dan batik printing.

Sementara itu, Pemilik Batik Gunawan Setiawan, Gunawan Setiawan, mengatakan bagi pengrajin batik tradisional tidak akan berpengaruh terhadap gejolak rupiah. Hal ini karena komponen batik tradisional banyak menggunakan produk lokal.

“Kalau pembuatan batik tradisional itu, 60%-70% biaya produksi lebih dipengaruhi SDM [sumber daya manusia]. Produksi batik tradisional biasanya dipengaruhi UMK [upah minimum kota] dan BBM [bahan bakar minyak],” terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya