SOLOPOS.COM - Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah menggelar bakti sosial skrining kesehatan penglihatan dan pendengaran bagi murid, 12-13 Juli 2023 di Perguruan Muhammadiyah Tebet Timur, Jakarta Selatan. (Istimewa/Dokumentasi PPNA)

Solopos.com, JAKARTA — Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan data penyandang Penyakit Tidak Menular (PTM) kian meningkat. Kasusnya sering terjadi pada usia produktif dan lansia, bahkan usia yang lebih muda. 

Bahkan, pandemi Covid-19 selama dua tahun turut berdampak pada kesehatan anak-anak, terutama penglihatan dan pendengaran. 

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Sebagai bentuk aksi nyata, Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah menggelar bakti sosial skrining kesehatan penglihatan dan pendengaran bagi murid.

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari, pada 12-13 Juli 2023 ini diselenggarakan di Perguruan Muhammadiyah Tebet Timur, Jakarta Selatan.

Ketua panitia Maulinda menyatakan, kegiatan skrining kesehatan ini menyasar sebanyak 950 peserta skrining penglihatan dan 109 peserta skrining pendengaran dari murid SD Muhammadiyah 06 Tebet Timur dan SMA Muhammadiyah 5 Tebet Timur.

“Jumlah peserta skrining pendengaran ada 10 orang yang terindikasi, dari 109 murid yang mengisi google form. Untuk skrining mata, jumlah pesertanya 950 dan berlangsung selama dua hari,” terang Maulinda dalam sambutannya di Aula Perguruan Muhammadiyah Tebet Timur, Kamis (13/7/2023), dalam rilis yang diterima Solopos.com.

Maulinda menjelaskan bakti sosial skrining kesehatan ini merupakan rangkaian semarak Milad ke-95 Nasyiatul Aisyiyah serta sebagai kontribusi menyemarakkan peringatan Hari Anak pada 23 Juli mendatang. 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI, Eva Susanti, menyampaikan apresiasi yang tinggi atas penyelenggaraan bakti sosial skrining penglihatan dan pendengaran oleh PP Nasyiatul Aisyiyah.

Kegiatan tersebut merupakan upaya promotif dan preventif untuk pencegahan gangguan penglihatan dan pendengaran pada anak-anak yang merupakan generasi penerus bangsa.

“Dengan dilakukan skrining gangguan penglihatan dan pendengaran diharapkan dapat menemukenali gejala dan tanda penyakit secara dini, sehingga dapat dilakukan intervensi dini,” ucap Eva Susanti.

Melalui kegiatan ini, ia berharap anak-anak dapat memiliki kualitas penglihatan dan pendengaran yang optimal sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang optimal. 

“Hal ini berkontribusi pada tujuan pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan manusia Indonesia yang mandiri, sehat, dan berkualitas,” ujarnya.

Apresiasi juga disampaikan Ketua Bidang Pendidikan, Ketenagaan, Sarana dan Sosial, Humas Gabungan Pengusaha Optik Indonesia (Gapopin), Muhammad Arif. 

Arif yang mewakili Ketua Gapopin menyebut kolaborasi aksi sosial ini sering dilakukan Gapopin di sekolah-sekolah. Ia menyebut kolaborasi aksi sosial ini sering dilakukan Gapopin di sekolah-sekolah. 

Arif berpesan agar para guru memberikan perhatian kepada anak didiknya apabila menemukan penurunan prestasi dikarenakan gangguan kesehatan, terutama penglihatan.

Professional Relationship General Manager PT. Kasoem Hearing/Kasoem Hearing Center, Agung Berlian Wakito, juga menyatakan pihaknya memiliki visi misi yang sama dengan Nasyiatul Aisyiyah. Kasus lemahnya pendengaran, menurut Agung perlu diberikan perhatian khusus.

Ia pun mengajak semua kalangan untuk meningkatkan kepedulian sosial serta kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan.

“Kami senantiasa menunjukkan sikap ramah, sopan santun kepada para pasien. Kami juga mengadakan edukasi, dan bersinergi dengan semua kalangan untuk memberikan pelayanan yang terbaik,” ucapnya.

Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tebet Timur, Ahmad Lutfi, juga mengapresiasi kegiatan skrining kesehatan Nasyiatul Aisyiyah.

“Kami sangat mengapresiasi kegiatan skrining kesehatan yang diadakan PPNA. Kegiatan ini sebagai bentuk edukasi kepada anak-anak karena memberikan hal positif bagi kita semua, terkait upaya menjaga kesehatan,” ucap Lutfi.

Dalam kesehatan penglihatan, Lutfi juga menyoroti tingginya jumlah kasus anak pengidap gangguan penglihatan selama masa pandemi Covid-19. 

“Harus kita lihat adanya pandemi Covid-19 lalu memberikan dampak sangat besar, anak-anak tidak boleh keluar rumah, dipaksa belajar pakai gagdet, penglihatan melebihi batas waktu yang ditentukan yaitu bisa sampai 5 jam selama masa Covid-19,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya