SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Espos)--Porsi produk impor yang beredar di Pasar Klewer disinyalir kian mendominasi. Himpunan Pedagang Pasar Klewer (HPPK) juga melihat saat ini pedagang lebih memilih untuk berjualan produk impor.

Demikian disampaikan Ketua HPPK, Abdul Kadir, saat ditemui Espos, di Lorin Solo, Selasa (4/1).

Promosi Cerita Penjual Ayam Kampung di Pati Terbantu Kredit Cepat dari Agen BRILink

“Sekarang pedagang pakaian dalam anak-anak misalnya, lebih memilih jual produk yang dari luar negeri karena harganya lebih murah. Produk-produk dalam negeri, khususnya produk tekstil yang banyak ditawarkan di Pasar Klewer, tiga bulan terakhir ini terus mengalami kenaikan harga jual karena kenaikan bahan baku, baik kapas maupun kain mori,” papar Abdul.  Produk impor itu, lebih banyak dari China.

Menurutnya, harga produk tekstil dalam negeri rata-rata mengalami kenaikan kisaran 30% hingga 60%. Misalnya, sprei yang sebelumnya bisa diperoleh dengan harga Rp 50.000 per potong, sekarang bisa sampai Rp 80.000 per potong. Begitu pula dengan harga selimut bergaris, yang sebelumnya bisa diperoleh dengan mudah pada kisaran harga Rp 250.000 per potong, sekarang  bisa mencapai kisaran harga Rp 300.000 hingga Rp 400.000 per potong.

Kenaikan harga ini, lanjut Abdul, signifikan menurunkan daya beli masyarakat. “Kalau harus tetap berjualan produk-produk buatan dalam negeri, omzet pedagang bisa turun drastis. Saya sendiri yang memproduksi baju batik, kadang berproduksi kadang juga berhenti.” Mengingat, harga kain mori itu sekarang sangat mahal.

“Yang jelas, penyebabnya karena kenaikan harga kapas, yang berdampak pada kenaikan harga kain mori. Dari informasi yang saya terima dari pabrikan, harga kapas sudah naik sampai 300% dari harga sebelumnya,” tambahnya.

Ditambahkan Abdul, semakin tersingkirnya produk dalam negeri dengan produk buatan luar negeri terutama China, disebabkan karena beberapa hal. “Dan pemerintah harus bisa mencarikan solusinya.” Menurutnya, ketergantungan industri tekstil dalam negeri terhadap bahan baku kapas dari India dan Pakistan masih sangat tinggi.

“Sehingga, saat negara pengekspor kapas gagal panen dan akhirnya membatasi ekspor kapas mereka, kita di Indonesia ketar-ketir.”

haw

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya