Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima
Pilihannya atas nama Fransiskus, yang merujuk kepada Santo Fransiskus dari Asisi, termasuk mengejutkan sekaligus menunjukkan komitmennya pada pelayanan sosial dan kesederhanaan. Penulis biografinya menyebut Bergoglio sebagai kekuatan penyeimbang yang hidup layaknya biarawan, tak suka publisitas dan sorotan media, dan sangat peduli terhadap makin lebarnya kesenjangan sosial di negerinya dan Amerika Latin pada umumnya.
“Beliau mendukung pandangan bahwa Gereja harus berperan sebagai misionaris yang terjun langsung untuk bertemu umat, aktif … Gereja yang lebih mementingkan mengembangkan dan memberi fasilitas pada agama dan tidak terlalu dalam mengatur peribadatan,” kata Francesca Ambrogetti, salah satu penulis biografi sang kardinal.
“Gaya hidupnya sangat sederhana dan ketat. Seperti itu kebiasaannya sehari-hari. Dia naik kereta bawah tanah, naik bus, saat harus ke Roma dia akan terbang di kelas ekonomi,” imbuh Francesca.
“Beliau selalu menjadi orang yang mudah dijangkau dan menyenangkan,” kata Roberto Crubellier, 65, seorang karyawan sebuah gereja di pusat Kota Buenos Aires yang biasa dikunjungi dan menjado lokasi berdoa favorit Bergoglio. “Beliau biasa berjalan kaki dari katedral yang cukup jauh dari sini dan akan tinggal di sini, berdoa sendiri di deretan bangku terakhir, seakan-akan beliau orang biasa,” katanya.
Ada lagi kisah kesederhanaan Bergoglio. Saat dirinya ditunjuk Paus Johannes Paulus II sebagai kardinal tahun 2001, Bergoglio meminta warga Argentina tidak pergi ke Roma untuk menyambutnya, namun menyumbangkan saja biaya tiket pesawat kepada fakir miskin.
Dalam waktu empat tahun sejak ditahbiskan dia sudah menjadi pemimpin komunitas Jesuit setempat dan menjadi provinsial ordo Jesuit Argentina tahun 1973-1979. Setelah itu dia memegang sejumlah jabatan akademis dan menuntut ilmu lanjutan di Jerman. Dia ditahbiskan sebagai uskup pembantu Buenos Aires tahun 1992 dan sebagai uskup agung tahun 1998.