SOLOPOS.COM - Ilustrasi pameran komputer second. (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO–Pameran komputer dilangsungkan di Solo Center Point, Purwosari Solo sejak Kamis (27/2/2014) hingga Rabu mendatang.

“Laptop Bekas”. “Obral Laptop”. Tulisan yang dicetak tebal dan besar pada spanduk dari plastik atau MMT itu menyambut kedatangan setiap pengunjung yang menjejakkan kaki di Pameran Komputer Tiga Lantai di Solo Computer Center (SCC) di kompleks Solo Center Point (SCP) Purwosari lantai I.

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

Stan di depan eskalator, samping kanan eskalator dan dekat pintu keluar memasang spanduk menawarkan laptop, notebook, dan netbook bekas. Setiap laptop, notebook, dan netbook yang dipajang melampirkan kertas berisi merek, spesifikasi dan harga yang ditawarkan.

Salah satu stan memasang merek Toshiba, Axioo, Assus, Acer, HP, dan lain-lain dengan banderol Rp1,6 juta-Rp3,8 juta. Padahal produk baru dengan merek dan tipe sejenis dipasarkan dengan nominal terpaut Rp1 juta-Rp1,5 juta dari harga bekas.

“Penjualan laptop bekas lumayan bagus. Masih banyak yang beli bekas karena harga barang baru masih lebih mahal. Selisih Rp1 juta-Rp1,5 juta bahkan Rp3 juta untuk laptop dengan spesifikasi game. Maka wajar apabila calon pembeli memilih second,” kata pemilik salah satu stan yang menjajakan laptop bekas, Trisnajaya Computama, Sutrisno, saat dihubungi Solopos.com, Jumat (28/2).

Trisno –sapaan akrab Sutrisno- menjelaskan beberapa konsumen membeli produk second karena menyesuaikan budget. Dia memberi contoh calon pembeli memiliki uang Rp3 juta dan menginginkan laptop. Menurut Trisno nominal itu hanya cukup membeli netbook baru. Namun calon pembeli dapat membawa pulang laptop bekas dengan nominal sama.

Demikian hal produk teknologi informasi (TI) dengan spesifikasi game. Calon pembeli harus merogoh Rp6,5 juta untuk mendapatkan produk baru. Namun apabila menginginkan produk second maka cukup mengeluarkan Rp3 juta.

Trisno mengaku membeli laptop, notebook, dan netbook secara online. Trisno menjelaskan tidak dapat mengandalkan calon penjual lokal karena tidak banyak orang menjual laptop, notebook, dan netbook. Padahal dia memiliki empat toko yang mampu memasarkan 60 unit laptop, notebook, dan netbook setiap bulan. Meski demikian, dia mengaku tidak gegabah membeli barang.

“Saya beli barang maksimal sudah dipakai dua tahun jadi masih layak pakai. Barang belum pernah diperbaiki. Pembeli rata-rata dari luar kota, seperti Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Boyolali, dan lain-lain. Barang bekas ini dicari karena hemat,” ungkap dia.

Hal senada disampaikan Pemilik DJ Computer, Dwi Rajianto. Dia tidak menampik apabila calon pembeli memilih produk TI baru. Namun mereka akan memilih produk bekas apabila terbentur budget. Meskipun demikian, Dwi tidak menampik apabila penjualan barang bekas memperhatikan momen. Bahkan produk terpengaruh harga Rupiah yang melemah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS).

“Orang beli komputer bekas tetap memperhatikan harga dan fungsi. Kebutuhan mendesak tetapi harga tinggi. Kami diuntungkan karena itu. Kami juga memanfaatkan momen. Laptop bekas ada seiring dengan makin banyak pembelian produk baru,” ujar Dwi saat ditemui Solopos.com di stan miliknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya