SOLOPOS.COM - Grup Paduan Suara Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) atau Voice of Satya Wacana Christian University (SWCU) menggemparkan gelaran acara Fiesta Folklore Nusantara di Taman Garuda, Kota Lama Semarang, Sabtu (16/09/2023) malam. (Istimewa/UKSW)

Solopos.com, SEMARANG – Grup Paduan Suara Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) atau Voice of Satya Wacana Christian University (SWCU) menggemparkan gelaran acara Fiesta Folklore Nusantara di Taman Garuda, Kota Lama Semarang, Sabtu (16/09/2023) malam. Dalam acara yang mengenalkan berbagai ragam kebudayaan seni dan etnik di Kota Semarang ini, UKSW menampilkan dua nyanyian dan dua tarian folklore yaitu Pa’Gellu dan Mandau sebagai penciri Indonesia Mini.

Hiruk pikuk dan teriakan penonton menyambut lagu Tak Tong Tong dan Benggong yang dilantunkan oleh SWCU. Lagu Tak Tong Tong dengan aransemen oleh Bagus Gangsar Wibisono, merupakan nyanyian rakyat dari Sumatera Barat. Sedangkan lagu Benggong dengan aransemen oleh Ken Steven merupakan nyanyian Manggarai Tradisional.

Seolah terhipnotis saat menyaksikan penampilan tarik suara oleh Voice of SWCU, penonton memberi tepuk tangan yang menggemuruh. Membawakan dua lagu, Voice of SWCU menjadi satu-satunya grup paduan suara yang menjadi pengisi acara yang berlangsung selama tiga hari ini sejak Jumat hingga Minggu (14-17/09/2023) ini.

Ditemui di sela acara, Manajer Voice of SWCU Juanita Theresia Adimurti, S,Sn., M.Pd., menyatakan rasa syukurnya karena grup paduan suara yang dinaunginya dapat terlibat dalam Fiesta Folklore Nusantara. Diungkapkannya, UKSW memiliki berbagai grup dan Kelompok Bakat Minat (KBM) kesenian yang melestarikan budaya etnis.

Ia juga mengucapkan terima kasihnya karena UKSW diundang untuk menunjukkan penampilan nyanyian folklore yang sesuai dengan acara ini. “Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini. Dengan ini, kami dapat mengenalkan Voice of SWCU dan juga tarian etnis yang ada di UKSW kepada masyarakat. Selain itu, ini juga sebagai wadah mahasiswa untuk perform di hadapan masyarakat,” terangnya.

Mengenai lagu yang ditampilkan ini, Juanita Theresia Adimurti membeberkan bahwa lagu tersebut juga akan dibawakan saat mengikuti kompetisi internasional Busan Choral Festival and Competition 2023 bulan Oktober mendatang. “Nyanyian yang ditampilkan adalah dua dari tiga lagu yang akan kami sajikan dalam kompetisi di Busan, Korea,” ungkapnya.

Salah satu anggota Voice of SWCU Benedicta Felicia Pramesthi mengungkapkan perasaan senangnya dapat tampil di Kota Semarang. “Sangat senang karena ini merupakan kesempatan yang belum tentu datang dua kali. Ini adalah pertama kalinya kami tampil secara outdoor. Semoga ini menjadi penampilan yang memberi kesan bagi warga Semarang,” bebernya.

Memperkenalkan Budaya

Sementara itu, tak kalah mempesona eksplorasi tarian Pa’Gellu yang disuguhkan oleh Persekutuan Keluarga Mahasiswa Siswa Toraja (PKMST) Salatiga. Sajian tarian oleh tiga mahasiswa perempuan ini tampak begitu apik dengan gerakan mengikuti gendang yang ditabuh tiga mahasiswa laki-laki lainnya.

Memiliki makna mendalam, yaitu menari-nari dengan riang gembira sambil menggerakkan tangan dan badan bergoyang dengan gemulai, tarian ini biasanya dilakukan untuk menyambut tamu terhormat. Tarian ini termasuk kelompok tari pujaan yang merupakan ungkapan syukur dengan 12 gerakan utama sebagai philosofi hidup dan etos kerja orang Toraja.

Dengan ekspresi penuh dengan senyum ceria, kecantikan dan keanggunan para penari memukau setiap penonton yang menyaksikan. Para penari juga mengenakan kostum budana adat Toraja lengkap dengan lambing sebagai ikat kepala, kendaure, sa’pi’ ulu’, tali tarrung, dan lainnya.

Sebagai penutup, empat mahasiswi etnis Perhimpunan Alumni, Mahasiswa dan Pelajar Kalimantan Tengah (Pampakat) menampilkan tarian Mandau. Tarian Mandau menggambarkan semangat juang prajurit Dayak dalam membela tanah air, harkat dan martabat serta mempertahankan wilayahnya.

Tarian Mandau ini dibawakan sambil memainkan senjata khas suku Dayak yaitu Mandau. Tarian ini biasanya dibawakan pada saat upacara adat suku Dayak dan juga untuk menyambut kedatangan tamu agung. Rintik hujan yang membasahi Kota Semarang pun seolah tidak dihiraukan penonton yang tetap ingin menyaksikan pertunjukan.

Salah satu penari Pampakat mengungkapkan perasaan senang sekaligus bangga dapat menampilkan tarian etnis dan memperkenalkan budaya Kalimantan Tengah. “Saya merasa bahagia dapat memperkenalkan budaya kami. Acara ini sangat bagus dilakukan terus supaya masyarakat mengetahui budaya dari daerah-daerah lain,” ungkap Riska Dwi Ananda Pratiwi.

Selain menampilkan Voice of SWCU dan Tarian oleh PKMST dan Pampakat, UKSW juga berkesempatan menunjukkan berbagai inovasi mahasiswa dan dosen dari beberapa fakultas. Turut menyemarakkan Fiesta Folklore Nusantara, grup kesenian dari Kampung Pecinan, Kampung Pekojan, Kampung melayu, Kampung Jawa, Kampung Kauman dan berbagai Folklore seperti Folklore Sulawesi Utara, Folklore Jambi, Folklore Batang, Folklore Nias, Folklore Taiwan juga menjadi pengisi acara.

Rekomendasi
Berita Lainnya