Orang hilang yang marak membuat ormas Gafatar disorot, bahkan diusir dari Mempawah, Kalimantan Barat. Padahal, Gafatar dinilai mendorong transmigrasi swakarsa.
Solopos.com, JAKARTA — Wakil Ketua Bidang Strategis dan Mobilisasi Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (Kontras), Puri Kencana Putri, menyebut organisasi massa Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) sebagai bentuk transmigrasi mandiri atau swakarsa.
Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima
Mereka memilih pergi dan menetap di Kalimantan Barat karena percaya situasi yang dihadapi warga Indonesia adalah bagaimana caranya bertahan hidup. Di lahan sekitar 500 hektare yang diperoleh secara mandiri di Mempawah, Kalimantan Barat itu, mereka mendorong kemandirian ekonomi pangan.
“Itu realistis. Pemerintah yang hari ini masih jauh sekali sediakan akses kemandirian pangan dan ekonomi, karena itu mereka pindah ke Kalimantan Barat. Ini adalah bentuk transmigrasi swakarsa,” kata Puri dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (23/1/2016).
Menurutnya, tidak ada yang salah setiap orang untuk berpindah tempat, pindah domisili, maupun memindahkan asetnya dari satu pulau ke pulau lain.
Namun, Kontras dalam sepekan terakhir menemukan tidak ada ruang pencegahan terhadap aksi pembakaran di markas Gafatar di Mempawah Kalimantan Barat. Justru, jajaran pemerintah daerah, lanjut Puri, Kapolda dan Gubernur Kalimantan barat justru membuat pernyataan sentimen negatif. “Pak Cornelis bilang, saya Gubernur, saya tidak undang anda ke Kalbar. Ini meresahkan,” ujarnya.
Puri menyayangkan adanya sikap tersebut. Di beberapa daerah juga terjadi kriminalisasi terhadap anggota Gafatar berupa kekerasan fisik. Oleh karena itu Kontras membuka layanan hotline pengaduan untuk peristiwa kriminalisasi.