SOLOPOS.COM - Sisa formulir eksodus besar-besaran yang dilakukan ormas Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) berserakan di bekas kantor sekaligus lokasi homeschooling di Dusun Kadisoko RT002/RW001 Purwomartani, Kalasan, Sleman, Senin (11/1/2016). (Sunartono/JIBI/Harian Jogja)

Orang hilang yang terdiri atas dokter Rica dan beberapa orang lainnya hendak dibawa ke kamp Gafatar di Kalimatan.

Solopos.com, SLEMAN — Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda DIY menetapkan Eko Purnomo dan Veni Orinanda sebagai tersangka karena merekrut dokter Rica Tri Handayani untuk melakukan eksodus. Mereka diduga hendak membawa dokter Rica dan tiga korban menuju sebuah titik yang diduga sebuah kamp.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Selama sepuluh hari pelarian, rombongan yang membawa dokter Rica hidup secara nomaden dengan menginap di hotel berbeda. Diduga, rombongan itu akan menuju kamp ormas Gafatar di sebuah tempat Pulau Kalimantan. Tetapi, karena derasnya pemberitaan media massa dan mereka memilih aman, Rica dipulangkan oleh kelompok tersebut. Baca juga: Pendekatan Kasih Sayang, Anggota Gafatar Tak Wajib Salat.

Kepala Sub Direktorat I Keamanan Negara Ditreskrimum Polda DIY AKBP Ganda M. Saragih menjelaskan, rombongan ini berpindah-pindah selama pelarian. Berangkat dari Bandara Adisutjiipto pada 30 Desember 2015 sekitar pukul 11.00 WIB menuju Pontianak menggunakan penerbangan salah satu maskapai. Setibanya di sana, rombongan Eko dan Veni melanjutkan perjalanan ke Mempawah Hilir, Kalimantan Barat, dan tinggal di sana selama dua hari.

Rombongan ini terdiri atas enam orang, termasuk anak-anak. Pengakuan tersangka, mereka hanya tinggal di penginapan dan tidak menemui siapapun. “Tapi kita akan cari tahu siapa saja yang mereka temui saat perjalanan ke Kalimantan Barat sampai ke Kalimantan Tengah. Dalam penyelidikan juga soal apakah itu kamp [Gafatar] atau tidak,” kata dia.

Sumber Harian Jogja menyebutkan setibanya di Mempawah Hilir, mereka diduga hendak berangkat menuju sebuah kamp ormas Gafatar di Kalimantan yang sudah dihuni ratusan orang berasal dari DIY, Magelang, dan Jawa Tengah. Tetapi karena santernya pemberitaan melalui medsos tentang hilangnya dokter Rica, rombongan lalu berpindah-pindah untuk menghindari aparat.

Mereka lalu memutuskan untuk memulangkan dokter Rica dengan mengirimnya ke Semarang. Tetapi Eko dan Veni berhasil ditangkap tim yang dipimpin Saragih saat keluar dari Bandara Iskandar, Pangkalan Bun. Baca juga: Dokter Rica Diajak Bikin Klinik di Kalimantan, Tersangka Belum Terbukti Terlibat Gafatar.

Saragih sendiri mengakui rombongan itu tiba di Mempawah Hilir lalu ke Pangkalan Bun dengan menempuh perjalanan selama 24 jam. Mereka tinggal selama dua hari di Pangkalan Bun dan dua hari di Pangkalan Banteng dengan menginap di hotel berbeda. Mereka juga membayar sendiri biaya penginapan.

Kabid Humas Polda DIY AKBP Anny Pudjiastuti menegaskan, proses penyelidikan sejumlah orang hilang belum berhenti pasca ditemukannya dokter Rica. Pihaknya terus berusaha untuk menguak misteri orang hilang lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya