SOLOPOS.COM - Seorang jurnalis mengambil gambar kedatangan dr Rica Tri Handayani, anak serta suaminya Aditya Akbar Wicaksono saat tiba di Polda DIY, Senin (11/1/2016). Polda DIY berhasil membawa pulang dr. Rica beserta saudara yang diketemukan di wilayah Kalimantan. (Gigih M. Hanafi/Harian Jogja)

Orang hilang di Jogja, yaitu Dokter Rica dan anaknya, disebut polisi belum terbukti terlibat Gafatar. Rica awalnya dibujuk untuk membuka klinik.

Solopos.com, SLEMAN — Dokter Rica dan kelompok yang ditemukan bersamanya di Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Senin (11/1/2016) lalu, belum dinyatakan terkait dengan organisasi masyarakat (ormas) Gafatar. Pasalnya, belum ada bukti kuat yang mendukung kesimpulan keterlibatan mereka.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Mereka pergi sembunyi-sembunyi. Berdasarkan keterangan, mereka ini hanya berputar-putar saja, tapi tidak bisa kita simpulkan keterlibatan mereka [dengan ormas Gafatar],” kata Direktur Reskrimum Polda DIY, Kombes Pol. Hudit Wahyudi, dalam wawancara dengan Metro TV yang disiarkan live, Selasa (12/1/2016) sore.

Meski demikian, dua orang yang membawa Dokter Rica Tri Handayani, yaitu Eko Purnomo dan Veni, sudah ditingkatkan status hukumnya dari penyilidikan ke penyidikan alias menjadi tersangka. Keduanya dijerat dengan pasal membawa pergi seseorang di bawah kekuasan mereka. Baca juga: Dokter Rica Ditemukan Bersama 3 Orang Boyolali, Sore Ini Tiba di Jogja.

“Kami sudah memiliki dua alat bukti, yakni keterangan saksi dan petunjuk, sehingga kami meyakini yang bersangkutan kita kenakan 328 KUHP, yaitu membawa pergi seseorang dengan tujuan menempatkan di bawah kekuasaaan, serta pasal 332 KUHP yaitu membawa pergi wanita di bawah kekuasaannya,” kata Hudit.

Alat bukti itu di antaranya berupa surat yang ditinggalkan saat mereka membawa dokter Rica dan anaknya pergi. Kasus Eko dan Veni juga telah diekspose dan bisa segera diproses untuk diserahkan ke kejakti. Baca juga: Lama Tak Aktif Sejak Menikah, Dokter Rica Dibujuk Kembali ke Gafatar.

Berdasarkan pemeriksaan terhadap para saksi, dokter Rica dibawa Eko dan Veni ke Kalimantan dengan alasan untuk membuka usaha bersama berupa sebuah klinik. Inisiator usaha ini adalah Eko dan kebetulan Veni merupakan seorang bidan. Rencananya, Rica akan dilibatkan dalam klinik itu.

Namun kenyataannya, mereka justru hanya berputar-putar dan pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Hingga akhirnya, polisi mengendus keberadaan mereka dan menangkap enam orang–termasuk tiga warga Boyolali yang diduga menjadi korban–di Pangkalan Bun, Senin. “Mereka ternyata tak jelas jluntrungannya.”
Baca juga: Formulir Eksodus Berserakan dalam Kantor Gafatar di Kalasan Sleman.

Hingga kini, polisi memang belum menyebut secara jelas ormas apa yang terkait dengan Eko dan Veni, serta dokter Rica sebagai korban. Menurut penyelidikan, dokter Rica diketahui sudah lama bergabung dengan sebuah ormas. Namun, dia tidak lagi aktif setelah menikah dan memiliki kehidupan sendiri. Baru saat suaminya melanjutkan pendidikan di Jogja, ada orang yang mengajaknya kembali bergabung.

“Kita ingin tahu orientasi kelompok ini. Sebelum nikah, korban sudah jadi anggota kelompok ini, tapi setelah nikah, kegiatan tidak berlaku lagi. Saat suami menempuh S2 di Jogja, ada indikasi sepupunya berusaha membujuk kembali aktif di organisasi,” ungkap Kapolda DIY, Brigjen Pol. Erwin Triwanto, dalam wawancara via satelit dengan Metro TV, Senin (11/1/2016) malam.

Selain Rica, ada Eko Purnomo dan Veni bersama anak balita, serta seorang pemuda bernama Krisma yang juga adik dari Eko. Mereka bersama tiga warga Boyolali yang diduga juga menjadi korban.

“Dari beberapa informasi tentang struktur organisasi, ketiganya tidak ada namanya. Peran Eko hanya perantara, hanya merekrut calon anggota. Saat kita lacak di sana, ATM Dokter Rica sudah diambil Eko,” kata Erwin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya