SOLOPOS.COM - Sejumlah warga eks-Gafatar meninggalkan permukiman mereka yang dibakar massa saat hendak dievakuasi dari kawasan Monton Panjang, Dusun Pangsuma, Desa Antibar, Mempawah Timur, Kabupaten Mempawah, Kalbar, Selasa (19/1/2016). Permukiman di lahan seluas 43 hektar tersebut dibakar sejumlah oknum masyarakat sebelum 796 warga eks-Gafatar berhasil dievakuasi pemda setempat. (JIBI/Solopos/Antara/Jessica Helena Wuysang)

Orang hilang yang marak dilaporkan membuat ormas Gafatar jadi tudingan. Berbulan-bulan merintis hidup baru di Mempawah, semua hancur dalam sehari.

Solopos.com, PONTIANAK — Sorotan mata publik mendadak beralih ke Mempawah, Kalimantan Barat, pekan ini. Di sana, ribuan anggota eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) membangun kehidupan sendiri, lepas dari ketergantungan pada negara, sebelum semua berakhir dengan aksi pembakaran oleh massa, Selasa (19/1/2016).

Promosi Selamat! 3 Agen BRILink Berprestasi Ini Dapat Hadiah Mobil dari BRI

Ribuan orang pun mengungsi tak punya tempat tinggal. Udara dingin, bersama hujan deras mengguyur sejak siang hari, membuat tenggorokkan Supardi menjadi serak. Wanita berusia 45 tahun ini, baru saja diperiksa dan dibekali obat oleh petugas medis di posko kesehatan.

“Kalau udara dingin berhari-hari, leher saya agak sakit. Suara serak, tapi tidak apa-apa, semoga sembut ada obat ini,” kata Supardi kepada Bisnis/JIBI, Rabu (20/1/2016) malam.

Supardi adalah satu di antara gelombang pertama dari 1.141 jiwa yang terpaksa menginap di Markas Perbekalan dan Angkutan Kodam (Bekangdam) XII Tanjungpura, Kubu Raya, Kalimantan Barat. Sudah dua malam dia berada di markas Tentara Nasional Indonesia (TNI) tersebut bersama rombongan warga eks Gafatar yang dibawa dari lokasi Moton Panjang, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat.

“Rumah saya di sebelah hilir, Kampung Pasir, Desa Antibar, sekitar 1,5 jam dari lokasi pemukiman yang dibakar. Tiba-tiba siang itu, sudah ramai dan sorenya kami diminta meninggalkan rumah. Kami ini korban, tidak tahu apa-apa,” kata Supardi.

Sehari-hari, Supardi adalah juru masak di permukiman atau barak tempat eks Gafatar tinggal yang dibakar massa pada Selasa lalu. Aktivitasnya yang lain adalah bercocok tanam sayur dan membuat penampungan air gambut menjadi air bersih.

Sudah empat bulan, dia tinggal di kampung tersebut. Untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari, Supardi menguras tabungan, menjual lahan dan hasil panen padinya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Uang tabungannya sebagian untuk membeli beberapa petak tanah di Mempawah secara patungan.

“Kami enggan kembali ke Jawa. Saya sudah tidak punya apa-apa lagi di sana. Harta kami, rumah dan tanah di Mempawah. Kami hidup baik-baik kok dengan warga sekitar di kampung, membantu warga datang dari mana saja minta air bersih bawa galon. Kami saling menyapa di sini,” tuturnya.

Pemprov Kalbar berencana untuk memulangkan warga eks Gafatar ke Jawa Tengah dengan menggunakan 2 kapal KRI dari Angkatan Laut pada Sabtu, (23/1/2016) mendatang. Keengganan pulang juga diutarakan oleh warga yang saya temui bernama Wiwik. Dia mengaku hidupnya lebih baik di Mempawah dan tidak ingin kembali ke DIY. Dia yakin masih bisa menata kehidupan dan berbaur secara harmonis dengan masyarakat di Mempawah seperti masyarakat lainnya.

“Kami terbuka, ada yang tanya kepada saya pasti saya jawab. Saya sendiri jarang ikut perkumpulan Gafatar. Saya lebih sering menanam sayur,” ucap dia.

Gafatar yang dipahaminya, adalah organisasi massa (ormas) yang siapa saja dari latar belakang agama dan suku, boleh masuk. Tidak ada, menurutnya, pemaksaan bagi anggota Gafatar untuk ikut satu ajaran tertentu, termasuk ke dirinya. Wiwik dan Supardi adalah segelintir orang mau menjawab pertanyaan wartawan dari sekian pengungsi di sana.

Ada sejumlah warga yang menolak untuk berbicara. Berita yang simpang siur di media massa membuat mereka trauma. Ada yang mengatakan pada malam itu di pengungsian, “jangan membuat panas suasana dengan pemberitaan”.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya