Olimpiade Sains Internasional dilaksanakan di Kenya.
Solopos.com, WONOGIRI — Masker pengisap asap rokok karya tim SMA Kesatuan Bangsa Jogja yang digawangi anak Wonogiri dinobatkan sebagai juara II dalam pemeran olimpiade sains internasional Golden Climate International Environmental Project Olympiad (GCIEPO) yang diinisiasi Light Academy International School, Nairobi, Kenya, Afrika Timur, 4-15 April lalu.
Promosi BRI Dipercaya Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2024
Berkat temuan ilmiah yang hanya dibuat dengan dana Rp25.000 itu, tim mendapat medali perak.
Tim terdiri atas Prajamukti Adhidewa Triwinasis dan Muhammad Harizki Aditya. Keduanya kelas XI IPA. Prajamukti yang akrab disapa Raja merupakan anak asli Wonogiri bertempat tinggal di Brumbung RT 003/RW 007, Kelurahan Kaliancar, Kecamatan Selogiri.
Dia merupakan anak pasangan Pranoto-Sri Redjeki Utami. Pranoto adalah pensiunan PNS pernah menjabat Kepala Disbudparpora Wonogiri. Sedangkan istrinya saat ini Kabag Organisasi Setda Wonogiri.
Sedangkan Harizki Aditya yang akrab disapa Adit anak asal Samarinda, Kalimantan Timur.
Raja saat dihubungi
Menurut dia karya timnya sangat sederhana, tetapi manfaatnya luar biasa. Hal tersebut mendapat apresiasi dari panitia. Karyanya hanya kalah dari tim Belarusia yang menciptakan treatment of wastewater from environmentally harmful surfactants by biotecknological methods. Karya tersebut mendapat medali emas.
“Tentu bangga bisa mengharumkan Indonesia. Delegasi dari Indonesia ada empat tim. Semua menyabet medali, yakni satu emas, dua perak, dan satu perunggu,” kata Raja.
Raja dan Adit berada di Tanah Air, Senin (17/4/2017) malam. Selasa pagi mereka sudah bersekolah. Sekolah menggelar acara penyerahan medali dari tim kepada pihak sekolah, Rabu (19/4/2017) ini.
Sementara itu, Adit, menyampaikan kebanggaan serupa. Dia mempersembahkan medali itu untuk sekolah yang telah membimbing hingga akhirnya dia dan Raja bisa menciptakan karya dengan baik. Selain itu medali dipersembahkannya untuk orang tua yang selalu mendorong dan memberi semangat dalam berkarya.
Ide pembuatan masker inovatif temuan Raja-Adit muncul dari keinginan melindungi diri dari asap rokok. Setelah dipelajari mereka mengetahui bahwa zat yang dapat menyerap asap adalah karbon aktif dari bathok atau tempurung kelapa.
Sejak saat itu mereka mantap menciptakan masker pengisap rokok berbahan karbon aktif. Supaya aktif, karbon bathok harus direndam dalam larutan CaCl2 [kalsium klorida] selama 8-24 jam. Lalu cuci dengan air lalu dioven pada suhu 5.000 derajat celcius selama 24 jam. Setelah itu karbon aktif dan dapat menyerap asap karena memiliki luas permukaan pori. Mereka membuat 30 gram karbon aktif untuk dua masker. Biaya produksi masing-masing masker hanya Rp25.000-Rp30.000.