SOLOPOS.COM - Ilustrasi arak-arakan ogoh-ogoh pada pengerupukan menjelang Harui Raya Nyepi. (JIBI/Solopos/Antara/dok)

Solopos.com, DENPASAR — Umat Hindu di Kota Denpasar menjalani ritual Tawur Kesanga di Lapangan Puputan Badung, Minggu (30/3/2014), dipimpin enam pendeta. Aktivitas Malam Pengerupukan atau sehari sebelum Hari Raya Nyepi di Denpasar juga dimeriahkan arak-arakan 791 ogoh-ogoh atau patung raksasa.

“Upacara ini merupakan salah satu rangkaian ritual menyambut Hari Suci Nyepi yang ditujukan untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan alam dengan manusia,” kata I Ketut Warta Yasa, salah seorang anggota panitia acara Tawur Kesanga itu.

Promosi Mudah dan Praktis, Nasabah Bisa Bayar Zakat dan Sedekah Lewat BRImo

Upacara persembahyangan itu juga diikuti Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Wijaya Mantra dan jajaran pemerintah kota setempat serta sejumlah kepala desa adat. “Setelah upacara, masyarakat kita khususnya, sangat mengharapkan berbagai penyimpangan perilaku dalam kehidupan sehari-hari dapat diminimalisasi,” ujar Ketut Warta yang juga Kepala Seksi Urusan Agama Hindu Kantor Kementerian Agama Kota Denpasar.

Dengan demikian, lanjut dia, keseimbangan dan keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan lingkungan akan menjadi lebih menonjol. Sementara itu, Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra mengharapkan agar masyarakat dapat memaknai Hari Raya Nyepi sebagai ritual pengendalian diri.

“Tawur merupakan upacara yang biasa dilakukan dan diharapkan dengan prosesi ritual ini masyarakat bisa lebih hikmat menjalani Nyepi,” ujarnya.

Sementara itu, Kepolisian Resor Kota Denpasar mencatat sebanyak 791 ogoh-ogoh yang diarak saat Malam Pengerupukan, Minggu sore. “Dari 54 kelurahan atau desa di Denpasar tercatat ada 791 ogoh-ogoh yang diarak,” ungkap Kepala Sub-Bagian Hubungan Masyarakat Polresta Denpasar Ajun Komisaris Ida Bagus Made Sarjana, Minggu.

Menurut dia, 43 desa di empat kecamatan Kota Denpasar terdapat 700 ogoh-ogoh yang dibuat oleh 372 banjar (dusun). Sedangkan 11 desa yang ada di Kuta dan Kuta Selatan terdapat 91 ogoh-ogoh yang dibuat oleh 49 banjar.

Sarjana lebih lanjut menjelaskan bahwa dari 54 desa/kelurahan itu 33 banjar tidak membuat patung raksasa itu karena beberapa alasan, salah satunya keamanan. Paling banyak banjar tersebut terletak di Kecamatan Denpasar Barat (11) dan Kuta (10).

Tak hanya untuk pawai, arak-arakan ogoh-ogoh tersebut juga dilombakan di beberapa kelurahan di antaranya Kelurahan Sesetan dan Kelurahan Pedungan untuk penilaian ogoh-ogoh kreasi anak-anak. Ia menambahkan bahwa pusat pawai ogoh-ogoh diselenggarakan di kawasan Catur Muka Denpasar. Sedangkan kawasan lainnya akan dipusatkan di titik-titik tertentu di antaranya masing-masing balai banjar.

Untuk itu Polresta Denpasar menutup sementara sejumlah ruas jalan protokol salah satunya di beberapa jalan menuju Catur Muka Denpasar yang merupakan titik sentral kegiatan. Polisi juga memberlakukan sistem buka tutup untuk menjamin kelancaran pawai yang digelar pada Minggu sore saat Pengerupukan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya