SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak belajar calistung. (Freepik)

Solopos.com, SOLO—Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melarang sekolah dasar (SD) untuk mengadakan tes calistung ketika melakukan seleksi masuk.

Wakil Kepala Bagian Humas SDIT Nur Hidayah Solo, Rahmat, mengatakan sekolahnya sudah tidak menggunakan tes baca, tulis, dan berhitung (Calistung). Menurut dia, di lingkungan sekolah di bawah naungan Yayasan Nur Hidayah, sejak TK tidak diajarkan Calistung.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Baru nanti ketika SD diajarkan Calistung melalui buku paket,” kata dia kepada Solopos.com, Selasa (18/4/2023).

Meski begitu sekolahnya tetap mengadakan tes berupa wawancara ke orang tua siswa untuk mengenal bagaimana karakteristik siswa. Menurut dia, wawancara tersebut juga menjadi tolok ukur sekolah untuk menilai seberapa jauh kemampuan siswa.

“Biasanya hasil wawancara kita gunakan untuk ploting [penempatan] atau memetakan siswa masuk kelas mana,” ujar dia.

Pihaknya mengikuti aturan pemerintah yang melarang seleksi masuk sekolah SD menggunakan tes Calistung. Termasuk sejak TK di Yayasan Nur Hidayah juga tidak diajarkan Calistung. 

Namun, dia mengakui terdapat kendala lantaran buku paket kelas 1 SD dipenuhi bacaan dan soal-soal menghitung. Buku pegangan paket dari pemerintah tersebut membuat banyak siswa kesulitan mengikuti.

“Dari TK memang tidak boleh membaca dan menulis, tapi buku paket kelas satu sudah banyak bacaan,” kata dia.

Hal senada disampaikan Wakil Kepala bagian Kesiswaan SDII Al-Abidin Solo, Nurfira Widyastuti, kepada Solopos.com, Selasa. Dia mengatakan sejak awal sekolahnya tidak menggunakan tes masuk Calistung.

“Dari awal kita tidak ada namanya tes, jadi di sini adanya observasi. Karena kami bukan sekolah inklusi, jadi untuk memastikan anak-anak bukan ABK,” kata dia.

Dia mengatakan observasi yang dilakukan bukan berupa tes Calistung, melainkan guna mengetahui terkait kemandirian, kemampuan adaptasi, dan kesiapan untuk sekolah. Dia mengatakan observasi bisa beragam seperti mengurutkan gambar, mencari gambar yang beda, membandingkan objek, memori jangka panjang, dan jangka pendek.

Pihaknya tetap melakukan pengecekan bacaan Iqro’ dan Calistung. Namun dia menegaskan pengecekan tersebut tidak menentukan siswa diterima atau tidak. “Karena Calistung bukan kurikulum TK, jadi kami tidak mensyaratkan anak-anak yang masuk sini itu bisa Calistung,” kata dia.

Dia juga mengatakan pembelajaran Calistung merupakan kewajiban SD. Pihaknya sudah menyiapkan materi yang berkaitan dengan baca dan tulis secara bertahap. “Jadi kita tidak tiba-tiba ajarkan anak membaca dan menulis, tapi bertahap dengan skala yang mudah terlebih dahulu,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya