SOLOPOS.COM - Ilustrasi (google.com)

Ilustrasi (google.com)

WASHINGTONHubungan harmonis Amerika Serikat (AS) denganIsrael yang selama ini dikenal harmonis, ternyata memanas akibat program nuklir Iran. Kedua pihak bahkan beda pendapat soal serangan terhadap fasilitas nuklir Iran.

Promosi Simak! 5 Tips Cerdas Sambut Mudik dan Lebaran Tahun Ini

Washingtondan Tel Aviv memiliki “perbedaan analitik signifikan” soal seberapa kuat Teheran melindungi program nuklirnya dari ancaman serangan. Demikian diungkapkan Aaron David Miller, seorang mantan perunding perdamaian Timur Tengah era pemerintahan Bill Clinton, seperti dilansir news.google.com, Jumat (7/9/2012).

“Ada kekhawatiran yang meningkat – lebih dari sekadar kekhawatiran – dari Israel, untuk melindungi diri mereka sendiri.  (Mereka) mungkin melancarkan serangan tanpa persetujuan, peringatan atau bahkan dugaan,” kata Miller.

Perbedaan pendapat mencolok ini tampak selama sepekan terakhir, menyusul sejumlah pernyataan publik dari masing-masing pejabat negara. Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak, mengatakan mereka harus sudah mencapai keputusan tentang langkah apa yang harus dilakukan terkait program nuklir Iran, sebelum mereka mencapai sebuah “zona kekebalan”.

“Dunia tidak meragukan program nuklirIranterus mendekati kesiapan dan akan memasuki zona kekebalan,” kata Barak di Tel Aviv.

“Jika sanksi tidak mencapai tujuan untuk menghentikan program senjata nuklirIran, akan ada kebutuhan untuk operasi berat,” tambahnya.

Sedangkan juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Mark Toner, mengatakan, AS percaya masih ada waktu dan kesempatan untuk melakukan diplomasi. “Washington mutlak berkomitmen mencegah Iran mendapatkan senjata nuklir,” tandasnya meyakinkan.

Dari Iran, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei mengatakan, setiap serangan untuk merusak fasilitas di Teheran akan menghadapi 10 kali balasan terhadap kepentingan AS di Teluk.

Perpecahan dan tensi tinggi antara Israel dan AS yang dikenal publik sebagai sekutu dekat juga diungkapkan Ketua Komite Intelijen Parlemen AS, Mike Rogers. Dalam wawancara radio WJR Michigan, Selasa (4/9/2012), yang dipublikasi hari ini, Rogers menyebut Perdana MenteriIsrael, Benjamin Netanyahu, bulan lalu “meledak” di depan duta besar AS untuk Israel, Daniel Shapiro.

Anggota kongres AS dari Partai Republik ini menyebut Netanyahu “kehabisan akal” karena menganggap pemerintahan Barack Obama tidak tegas dalam bersikap soal Iran.

Menjelang pencalonan kembali Obama dalam pemilu presiden pada November mendatang, tingkat dukungan pemerintahan Obama terhadap Israel menjadi topik kontroversial. “Saat ini Israel takpercaya,  pemerintah (Obama) serius ketika menyatakan semua opsi ada di atas meja. Lebih penting lagi pihak Iran juga tak percaya, sehingga program (nuklirnya) mengalami kemajuan,” kataRogers.

Sejauh ini Iran bersikeras program nuklirnya bertujuan damai sebagai pembangkit energi. Di sisi lain, tekanan internasional terhadap Israel meningkat terkait tekadnya untuk menyerang infrastruktur nuklir Iran secara sepihak.

Atas publikasi wawancara Rogers, seorang juru bicara kedutaan Israel di Washington menolak berkomentar. Departemen Luar Negeri (Deplu) AS juga tidak mengomentari adanya pertemuan diplomatik secara pribadi.

Namun juru bicara DepluAS, Edgar Vasquez, mengatakan AS mempunyai hubungan kuat denganIsrael. “Kami memiliki hubungan sesolid batu dan komitmen kuat dengan Israel,” tandasnya. Niken Ari Purwanti/JIBI/SOLOPOS/Reuters


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya