SOLOPOS.COM - Demonstran berunjuk rasa di depan Istana, Jakarta, Rabu (16/12/2015). Aksi menolak rencana perpanjangan kontrak karya (KK) PT Freeport Indonesia. (Rahmatullah/JIBI/Bisnis)

Karyawan dan kontraktor Freeport memprotes pemerintah dan meragukan kemampuan BUMN menggantikan Freeport Indonesia di Papua.

Solopos.com, JAKARTA — Karyawan dan kontraktor PT Freeport Indonesia mendesak pemerintah menyelesaikan masalah ancaman pemecatan 32.000 karyawan perusahaan secepatnya.

Promosi BRI Sukses Jual SBN SR020 hingga Tembus Rp1,5 Triliun

Juru Bicara Gerakan Solidaritas Peduli Freeport (GSPF) Virgo Solossa mengungkapkan Freeport telah merumahkan 200 karyawan dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) 1.400 kontraktornya karena beberapa proyek terhenti setelah perusahaan tambang itu tak mendapatkan izin ekspor konsentrat.

“Karena polemik ini yang berkepanjangan antara dua pihak yang sementara bersengketa korbannya adalah kami. Sampai sekarang tidak ada jaminan keberlangsungkan kami sebagai karyawan,” ujarnya selepas menemui Menteri Koordinator bidang Maritim Luhut Binsar Panjaitan, Rabu (9/3/2017).

Menurut GSPF, jumlah karyawan dan kontraktor yang dirumahkan dan di-PHK kian bertambah tiap harinya. Dia berharap pemerintah segera memikirkan solusi atas masalah ini. GSPF juga menolak anggapan mengenai kedatangan mereka ke Jakarta karena ingin meminta saham.

“Jangan pemerintah mengeneralisasi orang Papua semua. Kami tidak minta saham, kami adalah pekerja. Kami menyuarakan apa yang menjadi hak kami,” tegasnya.

Virgo menuturkan Kementerian ESDM dan Kemenko Maritim yang menerima GSPF tidak memberikan kepastian atas nasib mereka. Keduanya hanya menjelaskan rencana pemerintah memberikan saham sekitar 5% kepada suku adat yang berhak atas tanah tambang Freeport. Dengan keras, dia mengungkapkan GSPF akan menolak pihak oportunis yang hanya mengejar kepentingan pribadi masuk ke tambang tersebut.

“Kita tidak izinkan masuk tanah kami. Ini kami tegaskan.” Jika divestasi saham Freeport sebesar 51% berjalan lancar, dia meragukan kapasitas perusahaan BUMN untuk mengelola tambang Grasberg, Papua.

Selama ini, dia menjelaskan karyawan dan kontraktor mempertahan Freeport karena perusahaan ini merupakan satu-satunya yang dapat mempekerjakan orang Papua dalam jumlah banyak. Bahkan, Freeport bersedia mempekerjakan putra Papua yang tidak bisa membaca dan berhitung. Baca juga: Pemerintah: Negosiasi Kok Pakai PHK?

Betty Ibo, salah satu karyawan PT Freeport Indonesia dari Departemen Community Relations, mengungkapkan perusahaan mempekerjakan karyawannya yang tidak tahu baca tulis dengan gaji di atas rata-rata. Menurutnya, perusahaan BUMN tidak mungkin mampu mengelola tambang besar dengan medan yang berat seperti Grasberg.

Dia mencontohkan perusahaan membantu membangun rumah sakit, asrama, sekolah dan fasilitas umum lain. Semua material bangunanya dibawa dengan helikopter. “Apa pemerintah melakukan itu? Tidak. Bahkan pemerintah diminta mengirimkan tenaga medis ke sana. Kami harus mengemis kepada pemerintah dulu,” katanya.

Saat menerima GSPF, Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan pemerintah sudah memerintahkan Menkeu dan Menteri ESDM untuk segera menuntaskan negosiasi ini. Dia menegaskan sikap pemerintah yang tidak ingin mengorbankan karyawan Freeport dalam masalah ini. Untuk itu, dia yakin negosiasi ini dapat selesai.

“Pemerintah tidak ingin berlama-lama. Kita lihat dalam 1-2 bulan ke depan,” ungkapnya dalam dialog dengan GSPF di lobi Kantor Kemenko Maritim. Baca juga: Antiklimaks Kehidupan Karyawan Freeport, Kini Dihantui “Truk Eksekutor”.

Luhut menyampaikan pemerintah ingin agar masyarakat Papua merasakan manfaat yang pasti setelah Freeport 50 tahun di sana. Setelah divestasi selesai, dia mengatakan pemerintah akan menyerahkan 5% saham kepada suku sekitar daerah penambangan Freeport. Saham ini diharapkan dapat dipakai bagi suku-suku tersebut untuk mengelola tempat tinggal, pendidikan, kesehatan dan peternakan mereka.

“Ini tidak hanya masalah pegawai saja.” Terkait arbitrase, dia menuturkan GSPF bahwa masalah ini pasti akan selesai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya