SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Septhia Ryanthie/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO—Nasib kurang mengenakan dialami pelajar SMK lulusan corona atau angkatan 2020-2021 lantaran setelah lulus sekolah kejuruan, banyak yang susah mendapatkan pekerjaan.

Selain karena sektor ekonomi dan industri di Indonesia terhantam pandemi, siswa SMK harus menerima keadaan tidak bisa belajar di sekolah, yang berarti harus belajar di rumah masing-masing.

Promosi BI Rate Naik, BRI Tetap Optimistis Penyaluran Kredit Tumbuh Double Digit

Keadaan tersebut membuat para peserta didik kurang maksimal dalam mengembangkan keterampilan. Apalagi sarana pembelajaran di rumah tidak memadai dibandingkan yang ada di sekolah.

Hal ini juga disampaikan oleh Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum SMKN 2 Solo, Nurgiyanto, ketika ditemui Solopos.com di kantornya, Selasa (17/1/2023). 

“Memang ada satu angkatan yang itu kurang beruntung, apalagi pas itu baru masuk setengah tahun, begitu Maret [2020] terus pandemi [belajar di rumah] sampai lulus, tapi yang adik tingkatnya sudah mulai mendingan” kata dia

Para siswa yang terpaksa belajar di rumah berisiko menjadi minim keterampilan. “Jadi kalau anak-anak yang lulus ketika pandemi itu ya dari segi kompetensi kurang,” kata dia.

Siswa pada akhirnya harus menambah ketrampilan dan skill secara mandiri. “Konsekuensinya adalah setelah lulus ya harus menambah keterampilan, kita [pihak sekolah] menyediakan uji kompetensi lagi,” katanya

Meski begitu, pihak sekolah memberikan uji kompetensi kepada siswa yang sudah lulus. “Jadi kita panggil lagi, meski tidak semua, hanya beberapa,” kata dia.

Namun, uji kompetensi tersebut hanya berlangsung satu pekan dan bukan bersifat pelatihan yang ditujukan untuk menambah skill

Bukan berarti pihak sekolah tidak ada niatan untuk membantu lulusannya, namun sekolah ketika akan memberikan pelatihan terkendala tempat dan kelas.

“Sebenarnya kita menginginkan yang lulus [ketika pandemi] itu kita tambahi [pelatihan], tapi kan kita terkendala tempat [ruang kelas],” imbuh dia.

Karena terkendala dalam mencari kerja, kata Nurgiyato, akhirnya banyak siswa yang memilih untuk melanjutkan kuliah. 

“Tapi alhamdulillah anak-anak itu kemudian malah banyak yang kuliah. Karena mungkin merasa cari kerja sulit, ketika cari kerja ternyata banyak industri yang gulung tikar,” kata dia.

Dia mengatakan keadaan itu di luar kendali sekolah. “Iya mau bagaimana lagi, tapi sekolah tetap membantu kalau ada seleksi dari perusahaan kita undang lagi,” kata dia.

Dia mengatakan total siswa angkatan 2020 yang melanjutkan kuliah diperkirakan hampir separuh. “Sekitar 40% yang kuliah, kalau yang mendapat kerja berdasar data terakhir ya sekitar 30%,” kata dia. 

Jumlah siswa yang diterima di lapangan pekerjaan menurutnya sudah tinggi mengingat keadaan industri waktu pandemi sedang jatuh. “Biasanya kalau tidak pandemi bisa di atas 50%,” imbuh dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya