SOLOPOS.COM - Satu unit mobil dikendarai keluar dari gerbang pusat persemaian Mentawir di kawasan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, Kamis (18/8/2022). (Antara/Bayu Pratama S.)

Solopos.com, JAKARTA – Sejumlah partai politik merespons negatif pengunduran diri Kepala Otorita Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara Bambang Susantono.

Bambang mundur di tengah isu sepinya minat investor dan tunggakan gaji pekerja IKN Nusantara.

Promosi BRI Dorong Pemasaran Aset Bermasalah Melalui Platform Digital

Kabar mundurnya Bambang dan wakilnya Dhony Rahajoe disampaikan oleh tangan kanan  Presiden Joko Widodo (Jokowi), Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno.

“Bapak Presiden menerima surat pengunduran diri dari Pak Ir. Dhony Rahajoe selaku Wakil Kepala Otorita IKN. Kemudian, beberapa waktu berikutnya Pak Presiden juga menerima surat permohonan pengunduran diri dari Pak Bambang Susantono sebagai Kepala Otorita,” kata Pratikno dalam konferensi pers di Istana Negara, Jakarta, Senin (3/6/2024).

Atas permohonan tersebut, Pratikno menyampaikan pada Senin itu Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi memberhentikan dengan hormat dua jajaran petinggi OIKN tersebut.

Dilansir Bisnis.com, sejumlah parpol pun mengomentari kabar yang cukup mengejutkan tersebut.

PDIP

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) misalnya. Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDIP Deddy Sitorus mengaku tidak heran dengan kabar mundurnya Bambang Susantono.

Dia menjelaskan, setidaknya ada lima permasalahan utama yang buat Bambang Susantono tak bisa penuhi target.

Pertama, hingga kini belum ada satu investor yang berikan kepastian untuk berinvestasi di IKN.

“Yang dari luar negeri nol dan yang dalam negeri belum pasti, hanya komitmen yang tidak terikat,” kata Deddy dalam keterangannya, Senin (3/6/2024).

Kedua, masalah pertanahan yang tidak selesai sehingga banyak konflik. Menurutnya, kementerian terkait kurang memberikan dukungan untuk penyelesaian berbagai masalah tersebut.

Ketiga, target waktu penyelesaian yang diberikan terlalu pendek dan ambisius.

Keempat, terlalu banyak larangan yang membuat pekerjaan konstruksi lambat seperti tak boleh ada pengeboran air tanah, penebangan pohon, atau mengubah kontur.

Kelima, persyaratan green construction company alias perusahaan konstruksi ramah lingkungan membuat para kontraktor kelabakan karena harus menyesuaikan dengan berbagai ketentuan yang memperlambat pekerjaan.

“Intinya ini terlalu ambisius, kompleks, baik dari sisi waktu, target, proses dan sebagainya,” jelas Deddy.

PKB

Anggota Komisi II DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Yanuar Prihatin menyatakan mundurnya Bambang sangat mengejutkan di tengah gencar-gencarnya target pemerintah selesaikan target infrastruktur IKN.

Yanuar pun mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Dia curiga apakah ada yang selama ini disembunyikan pemerintah.

“Apakah ini cermin adanya perbedaan kepentingan atau konflik tersembunyi antara pengelola OIKN dan pemerintah atau stakeholders lainnya? Atau ini sekedar soal manajemen di mana OIKN dinilai tidak mampu mencapai target pekerjaan? Atau mungkinkah ada penyimpangan yang terjadi?” tanya Yanuar dalam keterangannya, Selasa (4/6/2024).

Oleh sebab itu, dia meminta pemerintah menjelaskan semua perkara secara terang-terangan kepada masyarakat.

Apalagi, lanjutnya, kejadian juga terjadi di tengah sejumlah kebijakan kontroversial pemerintah lainnya seperti kenaikan UKT hingga iuran Tapera.

Menurutnya, Komisi II DPR akan coba memanggil sejumlah pihak terkait untuk menerangkan berbagai persoalan di IKN.

PAN

Sementara itu, anggota Komisi II DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Guspardi Gaus mengaku bingung mendengar kabar mundurnya Bambang sebagai Kepala Otorita IKN.

“Terus terang kabar ini sangat mengagetkan. Apalagi yang mundur ketua dan Wakil OIKN secara bersamaan. Ada apa mereka mundur secara serentak?” kata Guspardi dalam keterangannya, Senin (3/5/2024).

Legislator asal Sumatra Barat itu melihat, sebagai mitra dari komisi II, OIKN yang dipimpin duet Bambang dan Dhony Rahajoe cukup gesit dan bagus dalam melaksanakan tugas mereka.

Oleh sebab itu, dia tidak ingin pembangunan IKN malah terganggu. Dia pun meminta pemerintah segera memberi keterangan yang jelas.

Guspardi tidak ingin mundurnya ketua dan wakil kepala OIKN menimbulkan persepsi yang bermacam-macam di tengah masyarakat.

PKS

Anggota Komisi V DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Suryadi Jaya Purnama mengaku prihatin dengan kabar mundurnya Bambang dan Dhony sebagai kepala dan wakil Otorita IKN.

Suryadi meyakini pengunduran diri kedua sosok tersebut akan menjadi pukulan berat bagi Otorita IKN secara organisasi. Apalagi, sambungnya, pembangunan IKN masih jauh dari yang diharapkan.

“Kami menilai perkembangan IKN memang masih jauh dari target, baik dari fisik maupun finansial,” jelas Suryadi dalam keterangannya, Senin (3/6/2024).



Dia menjelaskan, jika melihat RPJMN 2020-2024 maka terlihat pembangunan IKN saat ini memang tidak sesuai dengan rencana.

Di satu sisi, ditargetkan pembangunan berdurasi 5 tahun dengan biaya Rp466,04 triliun; dari APBN Rp90,35 triliun, KPBU Rp252,46 triliun, dan Badan Usaha atau swasta Rp123,23 triliun.

Di sisi lain, realisasinya kini total anggaran yang dikucurkan untuk pembangunan IKN hingga 2024 sebesar Rp75,4 triliun atau 16,1% dari total anggaran IKN, sedangkan pendanaan melalui KPBU maupun investasi swasta murni terbilang masih rendah.

Oleh sebab itu, Suryadi menyimpulkan bahwa pemerintah gagal mendatangkan pendanaan swasta maupun asing untuk pembangunan IKN.

 

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Parpol Soroti Nasib IKN Usai Bambang Susantono Hengkang”







Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya