SOLOPOS.COM - Kegiatan belajar di salah satu SD di Solo. (Dok./JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Wacana penghentian total atau moratorium Kurikulum 2013 mulai bergulir dan menimbulkan perdebatan. Ketidaksiapan pendidik dan siswa hingga kendala distribusi materi ajar menjadi penyebab bergulirnya wacana tersebut.

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Harun Joko Prayitno, menilai Kurikulum 2013 baik, tetapi panjang dan melelahkan. Selain itu Kurikulum 2013 minim persiapan dan sosialisasi sehingga membuat kalangan pendidik tidak siap dalam implementasi.

Promosi BI Rate Naik, BRI Tetap Optimistis Penyaluran Kredit Tumbuh Double Digit

Akan tetapi, ia tidak tidak setuju jika pelaksanaan kurikulum itu dihentikan total. Ia menyarankan evaluasi besar-besaran mulai dari jumlah rombongan belajar, hingga tata cara penilaian.

“Penilaian dengan metode saintifik tidak cocok diterapkan dengan jumlah siswa yang besar. Karena itu jika Kurikulum 2013 membatasi per kelas hanya 15 hingga 20 siswa, saya yakin metode itu dapat berjalan ideal. Pada kenyataannya jika jumlah siswa per kelas dibatasi, perlu susulan kebijakan juga,” kata dia, saat dihubungi Solopos.com, Jumat (21/11/2014).

Penyempurnaan pelaksanaan penilaian dengan pembatasan jumlah siswa, menurut dia, menjadikan guru lebih mudah memberikan nilai secara personal. Selain itu, konsekuensi pembatasan jumlah siswa adalah penambahan jumlah guru hingga ruang kelas baru.

Penghentian total, lanjut Harun, juga bukan solusi lantaran payung hukum implementasi Kurikulum 2013 telah resmi diteken. “Kalau dihentikan tiba-tiba saya tidak setuju karena beresiko membingungkan masyarakat. Tapi harus ada evaluasi di berbagai komponen jika ingin terus dilanjutkan,” tandas Harun.

Terpisah, Dekan FKIP Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Furqon Hidayatullah, mengatakan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Kendati menemui banyak kendala pada saat implementasi dilakukan, ia tidak setuju pelaksanaan kurikulum itu dihentikan total.

“Jangan dihentikan atau sampai dihapus total. Kalau benar-benar [Kurikulum 2013] ditinggalkan dampaknya kepada pendidik, siswa, hingga masyarakat tidak bagus. Evaluasi saja tentu tidak masalah. Dicari mana yang kurang, lalu diperbaiki dan disempurnakan,” tuturnya, Jumat lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya