SOLOPOS.COM - Tangkapan layar chat dari pelaku penipuan kerja online modus like post medsos. (Tangkapan Layar/Twitter Teguh Aprianto dan Syifa Giarsyah)

Solopos.com, SOLO — Konsultan keamanan siber Teguh Aprianto mengungkap modus penipuan baru di dunia kerja, berupa kerja bermodal internet yakni follow dan like post blogger atau media sosial yang berujung permintaan transfer uang. 

Founder Hacker Beretika Indonesia itu menerangkan penipu itu biasanya mencari calon korban di media sosial dengan iming-iming gaji harian. Syaratnya, merampungkan tugas yang diberikan.

Promosi Cerita Klaster Pisang Cavendish di Pasuruan, Ubah Lahan Tak Produktif Jadi Cuan

Setelah tugas itu selesai, penipu akan mentransfer sejumlah uang sebagai komisi. Rupanya, komisi itu hanyalah pancingan agar calon korban percaya dan bersedia melakoni tugas selanjutnya.

“Setelah (komisi) ditransfer, mereka akan memasukkan calon korban ke group Telegram dan diminta untuk deposit dengan iming-iming bonus. Korbannya sudah banyak,” tulisnya di akun Twitter miliknya, @secgron pada Senin (8/5/2023).

Menurut Teguh Aprianto, pelakunya adalah sindikat. Mereka beroperasi menggunakan banyak rekening dan nomor WhatsApp.

“Jika melakukan deposit pertama, maka akan ada deposit kedua, ketiga, dan seterusnya. Hati-hati, jangan sampai kamu atau orang terdekat jadi korban,” tulisnya lagi.

Salah seorang korban juga mengunggah pengalamannya tertipu oleh modus tersebut. Akun Twitter Syifa Giarsyah di @Giarsyahsyifa mengaku telah tertipu hingga Rp21 juta.

“Sampai sekarang masih acting belum sadar dan masih komunikasi sama komplotan penipuan. Sudah lapor polisi tapi belum ada tindakan apa-apa selain harus nunggu 14 hari. Please baca! Pelakunya masih berkeliaran cari korban. Jangan ada yang kena lagi,” tulisnya, Minggu (7/5/2023).

Kronologinya, Syifa Giarsyah mengaku dirinya menjadi korban penipuan oleh seseorang yang mengaku mendapatkan nomor ponselnya dari situs lowongan pekerjaan Jobsite.

Penipu itu juga mengaku berasal dari perusahaan media partner iklan dan pemasaran Accurate Creative yang sedang mencari pekerja (calon korban) untuk like dan subscribe.

Komisi yang diberikan senilai Rp15.000 setiap tiga tugas yang diselesaikan. Setelah menjelaskan tugas pekerja, mereka bakal dimasukkan ke sebuah grup Telegram.

“Member di grup Telegram itu ada 300 orang lebih. Awalnya enggak minat tapi grup Telegram itu ramai banget akhirnya iseng mengikuti instruksi dari admin-nya. Tugas awalnya se-sesederhana itu,” tulis Syifa Giarsyah.

Setiap tiga tugas selesai, komisi langsung ditransfer. Syifa Giarsyah yang berhasil mengerjakan enam tugas akhirnya mendapatkan komisi Rp60.000.

Setelah itu, dia ditawari tugas selanjutnya yang diberi nama tugas peningkatan. “Tugas peningkatan ini tujuannya supaya reward yang kita terima naik. Asalnya Rp15.000 jadi Rp30.000,” jelasnya.

Di tugas peningkatan, calon korban diminta menaikkan transaction rate di website Crypto dengan cara deposit. Nominalnya ditentukan oleh admin mulai dari Rp300.000 hingga Rp500.000 dengan reward 20 persen.

“Awalnya tidak tertarik, tapi di grup yang membernya 300 orang itu ramai banget dan mereka berboncong-bondong nyobain bahkan nominalnya ada yang sampai jutaan dan kelihatan juga bukti transfer reward-nya 20 persen dari nominal deposit,” bebernya.

Syifa Giarsyah kemudian ikut deposit sejumlah uang yang ternyata komisi pun langsung didapat. Keesokan harinya penipu itu mulai memberi tugas peningkatan dengan meminta deposit dengan cara transfer uang.

“Nominalnya boleh milih, aku pilih yang Rp2,558 juta. Yang aku rasain di sini aku sudah merasa, oh oke, aman yang kaya kemarin itu. Padahal nyatanya aku sudah masuk jebakan mereka,” ungkapnya.

Setelah Syifa Giarsyah transfer uang untuk deposit tersebut, ia dikeluarkan dari grup Telegram beranggotakan 300-an orang, kemudian dimasukkan lagi ke grup yang anggotanya lebih kecil.

Grup yang berisi 4 orang anggota itu rupanya mendapatkan tugas bersama. Apabila ada satu anggota yang tugasnya tidak terselesaikan, maka semua deposit dan reward alias komisinya hangus.

“Setelah itu tugas selanjutnya deposit lagi senilai Rp3,7 juta, tapi karena uangku sudah nyangkut di awal dan baru bisa ditarik setelah semua tugas di grup kecil itu berhasil diselesaikan, akhirnya tetap deposit. Tugas terakhir malah diminta deposit lagi senilai Rp14,7 juta dan dibilang ini yang terakhir dan setelah ini reward dan deposit seluruhnya dikembalikan. Seluruh anggota sudah transfer kecuali aku,” tulis Syifa Giarsyah.

Saat akan transfer deposit terakhir itulah sebenarnya Syifa Giarsyah sudah diperingatkan oleh sang suami. Suaminya ragu mengingat uang yang harus ditransfer dalam jumlah besar dan harus sampai menggunakan uang dari suami dan uang modal usaha yang dimilikinya.

“Setelah selesai mengerjakan tugas dari awal sampai akhir, udah dong berharap segera diproses untuk withdrawal semua duit yang sudah aku depositkan beserta reward-nya. Tapi ternyata apa? Katanya ada perubahan sistem dan harus mengerjakan tugas tambahan,” tulis dia lagi.

Tugas tambahannya adalah minta deposit lagi dengan nominal sampai hampir Rp30 juta dengan total refund senilai Rp41 juta.



Dari situ, Syifa Giarsyah baru merasa kena penipuan. Iapun mencoba mengirim pesan ke anggota lain di grup itu yang rupanya tenang-tenang saja dan memintanya tetap menjalankan tugas terakhir.

Kemungkinan, anggota lain di grup itu adalah komplotan yang memang sudah dirancang agar dirinya percaya.

Setelah sadar tertipu ia pun melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian. Ia juga meminta kepada pihak bank untuk memblokir sejumlah rekening yang ditengarai menampung uang yang telah depositnya itu.

Hingga berita ini ditulis Syifa Giarsyah telah melapor ke Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, meski belum ada tindakan lebih lanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya